Negara berhutang dikarenakan ketertinggalan infrastruktur dan masalah konektivitas menimbulkan tingginya biaya ekonomi yang harus ditanggung oleh masyarakat hingga rendahnya daya saing nasional. Inilah yang menjadi dasar pemerintah mengakselerasi pembangunan infrastruktur demi mengejar ketertinggalan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Saat ini pemerintah mengambil kebijakan fiskal ekspansif dimana Belanja Negara lebih besar daripada Pendapatan Negara untuk mendorong perekonomian tetap tumbuh.
Selain mengejar ketertinggalan infrastruktur, kebijakan fiskal ekspasif ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui alokasi anggaran pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial.
Utang adalah hal yang baik apabila dikelola dengan baik. Setiap rupiah utang yang dilakukan pemerintah dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan yang sifatnya produktif dan investasi dalam jangka panjang seperti membangun infrastruktur, membiayai pendidikan dan kesehatan yang dalam jangka panjang akan menghasilkan dampak berlipat untuk generasi mendatang.
Keadaan sekarang ini Pemerintah tidak dapat menunda kebutuhan-kebutuhan yang mendesak. Sebab jika ditunda maka di masa depan seiring dengan kenaikan harga maka, biaya untuk kebutuhan-kebutuhan tersebut aka semakin tinggi. Jadi Pemerintah tetap harus membayar biaya-biaya kebutuhan tersebut walau pendapatan kita terbatas. Utang menjadi alat untuk membayar kekurangan biaya-biaya tersebut. Jika nanti infrastruktur telah memadai dan SDM kita telah kompeten maka kita dapat bersaing dengan Negara tetanga bahkan dengan dunia.
Tingkat kemiskinan di Indonesia saat ini juga masih di atas 10% dari jumlah penduduk. Selain itu ada masalah tingkat kesenjangan yang masih tinggi yang perlu diselesaikan, dengan menaikkan taraf ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah (bukan dengan menurunkan taraf ekonomi masyarakat menengah ke atas), makanya perlu program perlindungan sosial masyarakat antara lain melalui peluncuran Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program Keluarga Harapan (PKH), subsidi pupuk, tunjangan BPJS dan lain-lain.
Sedangkan untuk dampak negatif dari utang luar negeri yaitu timbulnya krisis ekonomi yang makin lama makin meluas dan mendalam. Pemerintah akan terbebani dengan pembayaran utang tersebut sehingga hanya sedikit dari APBN yang digunakan untuk Pembangunan . Cicilan bunga yang makin memberatkan perekonomian Indonesia karena utang luar negeri negara Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Selain itu, dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh (Inflasi) dan yang pasti akan mengakibatkan ketergantungan dari penerima bantuan (dalam negeri) terhadap pemberi bantuan (luar negeri). Oleh karena itu Pemerintah diharapkan untuk melakukan pembatasan jumlah utang luar negeri, dimana dalam 3 jangka panjang dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan ekonomi dalam negeri. Sehingga fenomena ini memberikan gambaran pengaruh besarnya pertumbuhan ekonomi terhadap besarnya pertumbuhan utang luar negeri di Indonesia.
Terdapat dua hal pokok yang melatarbelakangi meningkatnya utang luar negeri suatu negara. Penyebab pertama adalah negara tersebut sedang mengalami kemiskinan yang bisa diakibatkan oleh tekanan ekonomi, bencana alam atau peristiwa tak terduga. Karena miskin, maka pemerintah tidak bisa mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan mengingat terbatasnya dana yang dimiliki
Indonesia mengajukan utang luar negeri karena keadaan Indonesia yang masih miskin dan karena adanya pengaruh kondisi perekonomian dunia. Namun, isu ini merupakan masalah yang cukup serius bagi Indonesia yang mana utang luar negeri semakin meningkat setiap tahunnya. Permasalahan yang timbul adalah adanya beban pembayaran akibat jumlah utang yang semakin besar, 5 pemanfaatan yang belum optimal, manajeman yang belum efisien dan mendalam disamping kebijakan di masa depan yang belum jelas arahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H