Lihat ke Halaman Asli

Diva_RA

Mahasiswi

Bukan Keinginannya, Menjadi Korban Orangtua

Diperbarui: 6 Juli 2020   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Korban dari orang tua. Mereka yang menutup luka dengan senyum penuh harap dan cinta. Seorang anak yang harus berjuang menyambung hidup seorang diri tanpa peluk cinta dan kasih seorang ayah maupun ibu. Keegoisan dalam keluarga telah merenggut masa kecilnya yang harusnya penuh tawa. "Si kecil" sangat tak berdaya. Bukan keinginannya untuk menjadi korban dari orang tua, tapi bagaimana jika garis takdir telah tertulis untuknya.

Di luaran sana anak seperti ini harus hidup dengan belas kasih keluarga yang mau mengaduhnya, atau bahkan dengan terpaksa ia harus hidup seorang diri. Banyak teman saya yang harus bernasib seperti ini, entah di lingkup kerja, maupun sekolah. Miris, jika mereka menceritakan kisah keluarganya yang "Broken Home".

Perceraian, seringkali menjadi kata paling buruk yang tak ingin mereka dengarkan. Trauma, itu sudah pasti membayangi masa depannya. Apalagi jika di usia yang masih belia mereka harus menerima kenyataan untuk berpisah dari orang tuanya karena keegoisan keduanya. Pasti luka ini akan membekas hingga ia dewasa. Ada yang menutup luka itu dengan menjadi "good man", adapula yang memilih menjadi   "bad man" demi menutup segala duka atau hanya ingin balas dendam terhadap hidupnya.

Tak jarang teman saya dari keluarga yang "Broken Home" yang mampu mendulang kesuksesan. Ya, semata-mata karena ia ingin membuka mata dunia bahwa keterpurukan tak mampu menjadikan dunianya menjadi suram. Melalui kesuksesannya, ia hanya ingin balas dendam terhadap keadaan, dengan membuat menyesal ayah dan ibu yang telah meninggalkannya. Mereka yang bernasib seperti ini hanya punya keinginan yang sama, yaitu mencari kebahagiaan yang tak mereka dapatkan dari istana keluarga. 

Jika sampai hari ini kita yang memiliki keluarga yang masih lengkap masih saja banyak mengeluh dan kurang bersyukur, coba buka mata dan simak beberapa kisah seorang anak yang kurang beruntung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline