Faktanya, masalah pengangguran sudah menjadi masalah yang sangat menakutkan terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Tingginya angka pengangguran setelah lulus sekolah seringkali menjadi permasalahan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) per Februari 2023 sebesar 9,60%, tertinggi dibandingkan lulusan jenjang pendidikan lainnya. Meskipun sebagian lulusan SMK berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang diploma atau sarjana, namun tidak semuanya mampu memasuki pasar kerja. Pemerintah Indonesia juga perlu meningkatkan kualitas pendidikan vokasi dan membekali lulusannya dengan keterampilan yang lebih maju.
Negara-negara berkembang seringkali menghadapi tingkat pengangguran yang tinggi karena terbatasnya kesempatan kerja dan jumlah penduduk yang besar. Minimnya lapangan kerja disebabkan kurangnya modal untuk berinvestasi. Hal ini diakibatkan oleh krisis keuangan yang memporak-porandakan perekonomian , menyebabkan banyak pengusaha bangkrut karena hutang bank dan hutang kepada mitra bisnis. Banyaknya pekerja pabrik dan buruh yang diberhentikan oleh perusahaan tempat mereka bekerja demi mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk menggaji karyawan. Hal ini merupakan salah satu pemicu terjadinya ledakan pengangguran, yaitu meningkatnya angka pengangguran dalam jangka waktu yang relatif singkat.
Faktor penyebab terjadinya pengangguran setelah lulus sekolah adalah:
- Kesenjangan antara sistem pendidikan dan dunia kerja: Banyak lulusan sarjana Indonesia yang menganggur akibat kesenjangan antara sistem pendidikan dan dunia kerja untuk bekerja. Mereka tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja.
- Lebih banyak pencari kerja daripada lowongan: Lebih banyak lulusan yang mencari pekerjaan daripada lowongan pekerjaan.
- Terlalu fokus pada pekerjaan: Lulusan Sarjana seringkali terlalu fokus pada pekerjaannya dan tidak tahu pekerjaan mana yang sesuai dengan keahliannya.
- Orientasi Karir: Lulusan Sarjana seringkali tidak memiliki orientasi karir yang jelas dan sulit memilih karir yang sesuai dengan keahliannya.
- Meningkatnya masalah sosial: Lulusan yang menganggur lebih mungkin menderita stres, depresi, frustrasi dan rendah diri. Mereka juga mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif seperti narkoba, kekerasan, kejahatan, dan ekstremisme.
- Kurangnya Pengalaman: Banyak orang yang bergelar sarjana menganggur karena kurangnya pengalaman, tidak hanya pengalaman kerja tetapi juga pengalaman hidup.
Untuk mengatasi kurangnya Tingkat pengangguran setelah lulus sekolah antara lain:
- Melanjutkan pelatihan di Universitas atau sekolah kejuruan: Melanjutkan pelatihan di universitas atau sekolah kejuruan akan membantu memperoleh lebih banyak pengalaman setelah lulus.
- Mendapatkan pengalaman profesional: Pengalaman profesional bukan sekedar pengalaman profesional, tetapi juga pengalaman hidup yang penting untuk pertumbuhan diri.
- Meningkatkan kreativitas dan profesionalisme: Lulusan Sarjana hendaknya berupaya meningkatkan kreativitas dan profesionalisme dalam lamaran pekerjaannya.
- Meningkatkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi: Lulusan harus berusaha untuk menjadi lebih fleksibel dan mudah beradaptasi dalam menghadapi pasar tenaga kerja yang dinamis dan berkembang.
- Meningkatkan Motivasi dan Visi: Lulusan hendaknya berupaya meningkatkan motivasi dan visi dalam meniti karir.
Kesimpulan dari pernyataan diatas, pengangguran merupakan masalah yang semakin menumpuk dari tahun ke tahun. Permasalahan pengangguran bukan hanya disebabkan oleh semakin padatnya dunia kerja, namun juga buruknya kualitas sumber daya manusia yang kita miliki. Pemerintah Indonesia harus mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, membekali lulusannya dengan keterampilan yang lebih mumpuni, serta menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan beragam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H