Yogyakarta - Pada tanggal 5 Maret 2024, Hoshizora Foundation mengadakan acara Cakap Pengajar di SLB Negeri 1 Bantul yang bertujuan untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilan para guru dalam pembuatan media pembelajaran untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Acara yang secara khusus diadakan untuk guru-guru SLB Negeri 1 Bantul ini menjadi momen seru untuk bertukar pikiran dan mendalami berbagai strategi pembuatan media pembelajaran yang efektif.
Cakap Pengajar merupakan program pengembangan kapasitas bagi guru dan mitra koordinator wilayah di Hoshizora Foundation, serta para pendidik di seluruh Indonesia. Kelas Cakap Pengajar diisi dengan berbagai materi untuk meningkatkan kapasitas para pendidik di sekolah, mulai dari belajar metode pembelajaran yang menyenangkan hingga berbagi praktik baik menanggapi kasus-kasus di sekolah, seperti bullying. Kolaborasi Cakap Pengajar dengan SLB Negeri 1 Bantul ini menjadi komitmen Hoshizora Foundation dalam menjunjung inklusivitas dalam dunia pendidikan, yaitu melalui diskusi media pembelajaran yang lebih adaptif dan kreatif bagi murid berkebutuhan khusus.
"Hoshizora Foundation berfokus pada upaya pemberian akses pendidikan yang merata kepada anak-anak di Indonesia. Kami percaya bahwa dalam mewujudkan tujuan ini, kami perlu dukungan dari ekosistem pendidikan secara menyeluruh, termasuk guru dan sekolah. Maka dari itu, Hoshizora berupaya meningkatkan kapasitas Bapak Ibu Guru yang menjadi orang pertama yang berinteraksi dengan murid di sekolah. Salah satu upaya ini melalui kegiatan Cakap Pengajar. Kami sangat senang ketika bisa berkolaborasi bersama Bapak Ibu SLB 1 Bantul, semoga kegiatan ini bisa bermanfaat dalam menciptakan metode pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan di kelas.", ungkap Yudi Anwar Direktur Eksekutif Hoshizora Foundation dalam sambutannya saat pembukaan acara.
Para Edukator Berbagi Praktik Baik
Pemateri pada sesi pertama Cakap Pengajar kali ini diisi oleh Bakhtiar Yudiyanto S.Pd. dan Haknyonowati yang memiliki pengalaman dibidang mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Pak Bakhtiar adalah lulusan dari jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY yang saat ini menjadi seorang edukator berpengalaman dari SD Tumbuh 1, salah satu sekolah di Yogyakarta yang menjunjung keberagaman dan inklusivitas, sehingga tak sedikit siswa berkebutuhan khusus yang telah diampu oleh beliau. Sementara itu, Haknyonowati adalah seorang edukator di SD Tumbuh 2 yang sangat aktif dalam berbagai kegiatan yang melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut.
Dalam presentasinya, kedua pemateri ini memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya media pembelajaran dalam memfasilitasi pembelajaran yang inklusif serta bagaimana media pembelajaran tersebut dapat secara efektif membantu proses belajar anak. Selain itu, guru-guru diajak untuk melakukan ice breaking agar kegiatan tidak monoton dan untuk mengembalikan semangat para guru.
Di sesi kedua, Wiwik Kuspitasari S.Ag., M.Pd.I, seorang guru yang berdedikasi dari SLB Negeri 1 Bantul, menyampaikan contoh konkret dalam penggunaan media pembelajaran di lingkungan kelas khusus. Media pembelajaran yang dipresentasikan adalah media sajada kontrol (mesatrol) untuk siswa tunanetra dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tata cara sholat. Melalui presentasinya, Ibu Wiwik memberikan inspirasi dan pandangan praktis bagi para guru untuk mengimplementasikan media pembelajaran dalam pengajaran sehari-hari.
Focus Group Discussion untuk Berbagi Ide Media Pembelajaran
Selanjutnya, peserta dibagi ke dalam grup untuk sesi focus group discussion (FGD) yang melibatkan 10 kelompok diskusi. Para peserta FGD aktif berkolaborasi dan berbagi ide tentang pembuatan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa SLB Negeri 1 Bantul. Diskusi berlangsung dengan antusiasme yang luar biasa dari para guru.