Lihat ke Halaman Asli

Menulis sebagai Bentuk Pelepasan

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Begitu banyak persoalan hidup yang kita hadapi. Apakah itu masalah yang langsung menimpa kita, atau hanya sekedar dampak dari berita dan informasi yang kita baca, dengar dan lihat. Emosi yang meledak-ledak, kekhawatiran dan kekecewaan, bahkan dendam yang menyelimuti hati. Kekangan emosi dan perasaan bertahun-tahun, mengakibatkan jiwa dan mental kita terganggu. Bahkan tanpa disadari fisik mulai sakit dan terganggu.

Sementara untuk bercerita kepada orang terdekat rasanya sulit dilakukan, khawatir perasaan dan emosi yang terpendam justeru menjadi bumerang, karena bukannya mempermudah urusan, tetapi menambah dan menjadi masalah baru. Khawatir banyak orang yang tahu atas masalah yang dihadapinya.

Bila demikian, apa yang harus kita lakukan...? Menulis. Ya menulis sebagai salah satu bentuk pelepasan emosi yang bisa dilakukan tanpa ada beban dan mudah dilakukan. Kesulitannya adalah memulai dan membiasakan diri saja. Lantas bagaimana memulainya?

Mulailah menulis sesuai keinginan anda. Jangan ada beban dan kekhawatiran, tak perlu dipikirkan. Tulis saja semua beban yang selama ini mengganggu pikiran dan perasaan. Tak perlu khawatir dengan teknik dan cara menulis, gaya bahasa, benar dan salah. Karena kita menulis untuk diri sendiri dan melepaskan emosi. Biarkan air mata mengalir, emosi memuncak, kekesalan dan kejengkelan tertumpah. Biarkan semua bentuk keadaan terjadi, jangan dihambat dan dikekang lagi. Biarkan setiap kata dan kalimat mengalir apa adanya, tumpahkan seluruh bentuk emosi yang muncul.

Menangislah.... Marahlah.... Biarkan semua mengalir apa adanya dan tak perlu ditahan.... Ketika terasa berat, cobalah diam sejenak dan tarik nafas dalam-dalam melalui hidung, kemudian keluarkan melalui mulut. Lakukan itu beberapa kali hingga emosi kembali terkendali. Kemudian menulislah kembali dengan mencurahkan semua rasa yang ada, tanpa ada beban dan kekhawatiran seperti awal menulis.

Setelah berhasil dan selesai menuliskannya, kemudian bacalah kembali semua yang telah kita tuliskan. Silahkan dibuang, di delete, di sobek-sobek, atau disimpan. Dan bila memungkinkan dibaca orang lain, bila tidak keberatan. Agar orang terdekat kita mengerti apa yang kita rasakan saat ini. Kemudian tersenyumlah dan mungkin tertawalah atas apa yang telah kita tuliskan. Semua beban hidup, emosi, dan dendam larut bersama tulisan.

Menulis menjadi salah satu metode pelepasan emosi, akan terasa lega bila kita berhasil melakukannya.  Mari kita terus menulis untuk menjaga kesehatan kita dari bentuk stress, emosi, dan keadaan psikis lainnya. So, apa lagi yang harus kita pikirkan? Mari kita jalani hidup hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan kita rencanakan esok lebih baik dari hari ini. “Be The Best with Practice, Best Practice!” (Jakarta, 26 Mei 2013)

Picture: Google Picture

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline