Lihat ke Halaman Asli

Aziz Abdul Ngashim

pembaca tanda dan angka

Komik dan Sepenggal Kisah Hidup

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

saat melihat judul kecil tema freez minggu ini tentang "saya suka komik" syaraf-syaraf di otak saya melakukan resonansi cepat untuk bersekutu menuju masa lalu, masa dimana seragam masih berwarna putih-biru. tak dapat saya nafikan bahwa komik menjadi penggalan-penggalan mozaik hidup saya dimasa lampau, dari komiklah saya belajar "membaca", belajar menggambar, dan yang terpenting adalah belajar berimajinasi. ya imajinasi, seperti fatwa Albert Enstein, bahwa imajinasi lebih utama daripada pengetahuan.

awal perkenalan saya dengan komik ketika pulang sekolah angkot kuning yang saya tumpangi selalu berhenti di pasar majenang (yang saat itu masih di jalan dipenogoro, namun kini sudah direlokasi akibat kebakaran), pasar di sebuah kota kecamatan kecil di jalur selatan jawa. di emperan pasar itulah berjejer banyak pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya secara lesehan, beberapa diantaranya berjualan poster, sticker, buku-buku doa dan terselip kecil diantara barang yang dijual terdapat komik-komik lokal tipis karya Tatang S. komik-komik karya beliau banyak di dominasi tokoh "gareng" dan "petruk" serta biasanya satu judul cerita selesai dalam satu komik, artinya hampir tidak pernah bersambung. tema dan judul yang diangkat sangat lokal dan dekat dengan kehidupan masyarakat desa sehari-hari, seperti kisah pencurian, pemilihan kepala desa, percintaan ala remaja desa, serta kisah-kisah tentang hantu dan siluman yang paling mendominasi tema-tema yang diangkat. kisah-kisah yang dihadirkan juga cendrung humor dan diangkat secara ringan sehingga mudah dicerna serta dinikmati oleh saya saat itu.

dari karya-karya Tatang S inilah saya berkenalan dengan Kho Png Hoo. karya-karya beliau saya juga temukan di emperan pasar, sama seperti karya Tatang S. awalnya saya tertarik dengan karya beliau karena saat itu musim tayangan televisi penuh dengan cerita-cerita silat, cerita-cerita silat itulah yang menggoda saya untuk membaca karya penulis yang memiliki nama lain Asmarman Sukowati tersebut. berbeda dengan Tatang S diaman semua karyanya sangat lokal dan ndeso serta dibuat ringan dengan tema yang sangat mengakar, Asmarman atau Kho Ping Hoo justru mengangkat tema-tema sejarah dibalut cerita silat dengan berbagai modifikasi cerita. membaca keduanya memiliki kenikmatan tersendiri.

beranjak SMA saya mulai kesulitan mencari karya-karya lokal tersebut, karena kebanyakan toko-toko buku justru tak menghadirkan karya-karya lokal di rak-rak toko mereka. SMA saya di kota purwokerto benar-benar menjauhkan saya dari komik-komik lokal disinilah saya mulai berkenalan dengan komik-komik jepang untuk pengobat kerinduan saya pada dunia komik. kebiasaan membeli komik saat SMP berubah kala SMA , dengan seragam putih-abuabu saya lebih memilih menyewa komik di tempat penyewaan. selain alasan teknis karena saat itu saya anak kost dan tentu lebih murah menyewa dibanding membeli, juga alasan "ideologis" bahwa tuntutan pelajaran menjadi lebih tinggi sehingga koleksi komik di meja belajar bisa mengalihkan saya dari buku pelajaran.

komik-komik impor jepang pertama yang saya nikmati adalah "conan" kisah ditektif cilik membongkar kasus-kasus kriminal yang dia temui disekelilingnya, lalu "slam dunk" berikisah tentang hanamichi sakuragi seorang preman sekolah yang memilih bermain basket. selanjutnya ada "samurai X" cerita batosai si pembantai yang tobat. daftar-daftar awal tersebut membawa saya pada komik-komik lain seperti "kungfu boy" dengan tokoh chinmi, guru muda shaolin yang berpetualang dan berprinsip tidak mau membunuh.kisah-kisah yang saya baca hampir nihil dari kisah percintaan remaja atau tokoh-tokoh super seperti superman atau captain amerika.

ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari komik yang saya baca misalnya "kungfu boy" dan "samurai x" keduanya hamir punya ide sama, yaitu seorang pendekar hebat yang memilih merahasiakan identitas, dan berprinsip untuk tidak menyakiti. namun keduanya memiliki perbedaan mendasar, jika tokoh chinmi di "kungfu boy" adalah pemuda yang berpetualang maka kenshin di "samurai x" adalah veteran yang memilih menetap. lain cerita dengan sakuragi di serial "slam dunk" preman yang pemberontok akhirnya harus disiplin pada sebuah klub, dimana setiap "peperangan" memiliki aturan di lapangan. kisah itu sebenarnya sejalan dengan salah satu komik lain yang saya baca seperti "fight ippo" kisah tentang nelayan muda yang kehilangan ayahnya kemudian belajar bertinju untuk mengisi waktu luang, namun ketekunan dan keluguannya justu membawanya pada kesuksesan.

dari komik-komik ringan itu perjalanan saya bersama komik meningkat pda komik-komik dengan tema yang lebih dewasa, maksudnya buka komik-komik porno dan sejenisnya namun tema yang diangkat lebih konpleks, seperti "yogo" kisah seorang negosiator "the accident" yang meneceritakan seorang investigator kecelakaan, "master of sea" seroang pemuda yang memimpin perusahaan yang hamipr bangkrut, atau "rainbow" kisah para penghunu penjara anak-anak yang penuh dinamika, hingga "team mediacal dragon" yang bercerita kisah seorang dokter.

beberapa komik dengan tema dewasa di atas dibuat dengan sangat detail dalam hal pembicaraan, dalam kisah yugo misalnya saya belajar konflik timur tengah, hindu-islam di india, khatolik-kristen di britania, hingga pedalaman china. di komik "the accident" saya belajar teknik-teknik investigasi kecelakaan dari kecelakaan motor hingga pesawat terbang, maka istilah-istilah yang sangat jarang ditemua bisa terasa sangat familir. di kisah "master of sea" yang bercerita tentang bos kapal sangat detail bercerita tentang dunia kapal laut dan penyelaman, teknik-teknik pembuatan kilang hingga detail evakusai kapal tenggelam, atau di kisah "team medical dragon" saya diajari tentang banyak tindakan-tindakan dan istilah-istilah dalam dunia medis yang sangat baru buat saya.

sebenarnya banyak cerita dan kisah-kisah komik yang memberi pelajaran dan inspirasi bagi saya, tak semuanya dapat saya ceritakan tapi semua itu menjadi penggalan-penggalan mozaik masa lalu yang ikut membimbing saya hingga saat ini. sebagian yang saya ceritakan pernah menjadi bagian yang sangat menginspirasi dan bermakna sangat dalam dimasa-masa lalu.

buat saya tak ada perbedaan antara komik lokal atau komik luar, semuanya memiliki kenikmatan tersendiri dalam membaca, namun terkadang saya rindu komik-komik dalam negeri bisa muncul kepermukaan, seperti masa kecil saya dulu. tatang s ataupun kho ping hoo tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah kecil saya, karya-karya kedunya monumental -setidaknya- buat saya sebagai penikmat komik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline