Lihat ke Halaman Asli

Aziz Abdul Ngashim

pembaca tanda dan angka

Menelisik Misteri Makam Raja Jawa

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

sunyi dan sedikit mistis, itulah perasaan pertama yang saya rasakan ketika melewati jembatan kecil yang menjadi gerbang masuk pertama ke makam Sultan Agung di Imgori yang sangat terkenal. Berada sekitar 20 kilometer di sisi selatan kota Yogyakarta, bukit Imogiri benar-benar menyimpan misteri setelah dijadikan makam raja-raja Mataram.

Berbeda dengan bukit-bukit lainnya di bagian selatan Yogyakarta yang kebanyakan sudah gundul, maka karena kesakralan makam itu, pepohonan di Imogiri tumbuh subur. Ada pohon jati yang berusia 300 tahun lebih, ada pula pohon beringin, kepel, pala, bambu, dan pepohonan lain yang tumbuh tak terusik tangan manusia. Kicau burung, angin semilir yang sejuk, merupakan hasil keseimbangan ekosistem yang terjaga lantaran kesakralan itu. senyum ramah terurai dari seorang setengah baya yang bertugas sebagai penjaga parkir. hembusan angin sore menyeruak dari celah-celah daun di sekeliling makam. sebuah sambutan alam yang cukuup untuk membuat pengunjung lebih berhati-hati.

[caption id="attachment_181657" align="aligncenter" width="500" caption="gerbang utama ke makam para raja, batas pengunjung biasa (aziz doc)"][/caption]

belum cukup sampai disitu, karena untuk menuju kompleks makam utama pengunjung harus menempuh anak tangga yang cukup panjang. saya secara pribadi membaginya dalam 3 jenis tangga utama. pertama, tangga awal yang cukup landai tapi panjang tidak terlalu curam tapi cukup panjang dan melelahkan, di sebelah kiri berupa hutan dan ada beberapa makam warga, sedangkan di sebelah kanannya berupa perumahan warga yang beberapa diantaranya berupa ruko. setelah melalui tangga tahap pertama ini pengunjung akan sampai pada pemberhentian pertama di sebuah Masjid dan joglo kecil yang cukup untuk melepas lelah. Masjid itu merupakan masjid tradisional yang di bangun kira-kira pada masa Sultan Agung .

secara umum bangunanya masih asli hanya pada bagian serambinya saja yang mengalami perubahan yaitu pada bagian lantainya. Masjidnya beratap sirap , tetapi kini bagian atasnya dilapisi seng. sehingga atap, sirap hanya bisa dilihat dart dalam masjid saja. Unsur kekunoan lain pada masjid ini adalah pawestren dan kolam di halaman depan . Pada serambi masjid terdapat tubuh (Bedeng), besar dengan diameter 99 cm, panjang 146 cm. Menurut juru kunci makam tabuh ini di buat semasa dengan masjid. Unsur asli yang lain adalah saka guru dari kayu jati yang di sangga umpak persegi dari batu kali. Mihrap berupa relung pada dinding barat, dan mimbar berhias ukir-ukiran diantaranya ada yang manyerupai kala.

tak dinyana dan tak di duga, ternyata kedatangan saya kesana berbarengan dengan adanya pengambilan gambar acara Si Bolang TransTV. lumayan untuk melepas lelah sambil melihat tingkah polah anak-anak lugu di depan kamera. ternyata makam mistis ini menjadi daya tarik tersendiri untuk setting sebuah tayangan televisi.

[caption id="attachment_181592" align="aligncenter" width="500" caption="shoting Si Bolang, di sekitar kompleks makam (aziz doc)"][/caption]

kembali ke makam Sultan Agung dan Raja-raja jawa, terutama  Mataram dan semua keturunannya. Kompleks ini berada di Ginirejo Imogiri. Makam ini didirikan oleh Sultan Agung antara tahun 1632 - 1640M merupakan bangunan milik Mataram dan di jaga oleh dua pendopo dari Yogyakarta yang berada di sebelah kiri dan Surakarta di sebelah kanan gerbang utama makam. tapi sebelum kesana persiapkan fisik dulu untuk mendaki tangga dengan panjang lebih dari 200m dengan kemiringan 45°. jumlah tangganya 4009 anak tangga dengan pembagian masing-masing yang juga memiliki filosofi.

[caption id="attachment_181620" align="aligncenter" width="500" caption="tangga menuju makam. puncak'y belum keliatan tuh :P (aziz doc)"][/caption]

sebelum masuk kompleks utama makam, pengunjung harus melewati gerbang utama yang berbentuk gapura seperti candi-candi hindu. menurut cerita dari seorang penjaga makam di pendopo penjagaan Yogyakarta yang merupakan abdi dalem kraton bernama mbah Jamidi atau Ngabei Sidohandono (nama yang di dapat dari kraton), dan buku sejarah. berbentuk gapura bentar yaitu gapura yang berbentuk seperti candi terbelah, tanpa atap dan tanpa daun pintu. ukuran panjang 220 cm. lebar 150 cm, dan terbuat dan batu bata . Pada bagian kaki terdapat hiasan giometris. Di sebelah menyebelah kori supit urang ada dua padhasan, dengan lapik berhias tumpal.

[caption id="attachment_181629" align="aligncenter" width="500" caption="gapura, gerbang pertama,"][/caption] [caption id="attachment_181633" align="aligncenter" width="500" caption="plakat prasasti penghargaan, pahlawan dari keluarga kraton termasuk sultan Agung"][/caption]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline