Lihat ke Halaman Asli

Aziz Abdul Ngashim

pembaca tanda dan angka

Sisi Lain Wajah "Gelap" Jogja (1)

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salam Indonesia jika banyak orang melihat sesuatu secara datar dengan berdiri dari depan, maka saya akan mengajak semua orang memandang sesuatu secara miring dari sudut kecil dengan berjongkok. supaya bisa menemukan sisi lain dari suatu wajah yang ada, melihat fakta lain dibalik keindahan dan kebesaran. melihat dari sudut pandang lain membuat kita bisa lebih memahami dan mengerti. [caption id="attachment_170364" align="alignleft" width="300" caption="lihat plat nomor "AB" jogja punya, deket pizza hut pic by kawan (maap buat admin & kompasianer kalo fotonya kurang sopan) hanya menunjukan realita saja."][/caption] Jogja, pernah mendengar nama itu?, saya yakin pernah, buat yang berada diluar jogja, apa yang terpikirkan ketika nama itu disebut?, kota budaya, kota pelajar, raja jawa, kraton, parangtritis, wisata, gempa mei, nyi roro kidul, istimewa, muhammadiyah, malioboro, ponpes krapyak, UGM, banyak kan.... bagus semua kata-kata itu dan semua tentang wajah indah jogja. tapi apakah kota pelajar dan kota budaya ini menjadikan para remajanya juga terpelajar dan berbudaya ???? kalau yang ini tunggu dulu. pelajar di jogja sudah tidak mau lagi melirik museum bersejarah, nilai rata-rata kelulusan siswa pun turun drastis, kota yang semakin sumpek dengan berjubelnya jumlah kost-kostan ini berisi berbagai macam manusia dari penjuru Indonesia dan Dunia, sedikit kutipan dari teman saya seorang mahasiswa kedokteran di UGM asal negeri jiran Malayasia,

"jogja membuatku merasa sebagai manusia berbudaya tak sekedar beragama"

sebuah ucapan yang teruntai dengan logat melayu yang khas itu begitu memercik selaksa makna, bahwa jogja memang selalu memberi warna berbeda kepada setiap manusia yang datang untuk tinggal atau hanya sekedar berkunjung, jogja memberi cinta yang tersaji bagi yang merasakannya, dan itulah yang memberi banyak kenangan, seperti untaian puisi umbu landu paranggi dalam sajak melodianya

cintalah yang membuat diriku betah untuk sesekali bertahan karena sajakpun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan baiknya mengenal suara sendiri dalam mengarungi suara-suara luar sana sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi, membawa langkah ke mana saja

tapi saya tidak akan mengajak berjalan-jalan ataupun memberitahu betapa indahnya jogja, itu sudah banyak yang menceritakannya. saya akan mengajak anda berkeliling jalur-jalur wisata yang hanya diketahui segelintir orang, jalur dan tempat yang menurut orang lain tabu untuk dibicarakan, tempat-tempat dan untaian jalan keindahan dilorng-lorong jogja. anggaplah jogja sebagai sebuah rumah yang megah dan lux, tapi jangan lupa bahwa rumah semewah apapun dan seindah apapun selalu punya pojok-pojok yang dibiarkan, ada gudang, dan yang pasti ada toiletnya, setidaknya itulah jalan cerita jogja saat ini. ada yang pernah dengan Sarkem, itu lho... Pasar Kembang yang kalau malam jualan bunga-bunga desa. kalau masih belum kenal, maka bayangkanlah Sarkem yang sering diplesetkan sebaagi "pasar kelamin" ini seperti Slarang di Cilacap, Gang Sadar di Purwokerto, Sunan Kuning made in Semarang atau yang sangat familiar Gang Dolly milik Surabaya yang terbesar se Asia Tenggara. sudah kah bagaimana Sarkem itu? kalau belum mari saya gambarkan... hehheh.... [caption id="attachment_170368" align="alignright" width="240" caption="sarkem ke kanan, maliboro dari kiri. (dari barat) pic koleksi"][/caption] Jalan yang berada di ujung utara Malioboro terus belok kiri ini memang terkesan biasa saja, tak ada yang istimewa. tapi jangan sedih dulu, karena jalan tak terlalu panjang ini memiliki banyak gang-gang berbentuk labirin yang saling terhubung, dijamin jika anda orang baru dan mau coba-coba masuk labirin "surga" ini jangan lupa bawa guide (hub. saya di 0818..... nyambungnya kapan-kapan), kalau tidak maka siap-siaplah anda terjebak dan jadi penghuni tempat itu dalam waktu yang lama ditatap wajah-wajah penuh nafsu. jika memang benar-benar mau mencoba jika mapir ke jogja maka lebih baik lewat malioboro dan sesekali menawar pakaian atau sandal, anggap saja sebagai latihan transaksi. kalau di Sarkem jangan main setuju saja, coba teliti dan pintar-pintarlah menawar, jika tidak salah-salah anda dapat yang jelek dengan harga mahal. "awas, penipuan bisa terjadi pada siapa saja, maka waspadalah-waspadalah" kata bang napi. sedikit saja masuk lebih kedalam gang bersiaplah di sambut para "bidadari" dari yang model tante-tante tua hingga kelas ciblek (cilik-cilik betah melek alias ABG), tersedia juga bermacam-macam paket, dari paket hemat, cepat ditempat, hingga ekslusif dibwa kemana saja. Para pendatang yang ingin mencicipi nikmatnya kupu-kupu malam sangat beragam. Ada orang lokal, ada pula turis-turis dari mancanegara. justru salah satu ketertarikan para turis datang ke jogja karena ada pusat jajanan seks ala Asia. Sarkem adalah salah satu daya tarik bagi mereka. bagi sebagain orang dan tokoh-tokoh agama, hal ini adalah sebuah gangguan yang harus disingkirkan. Bahkan organisasi keagamaan "garis keras" tak jarang mengkampanyekan untuk menutup dan membakar lokasi itu. Tetapi gladiator-gladiator yang berdiri sebagai pembela keberadaan lokasi ini siap bertempur melawan mereka yang dianggap ingin menghancurkan lokasi ini. Tak bisa dipungkiri bahwa salah satu sumber pendapatan pemkot berasal dari lokalosasi. Bahkan pernah ada usulan kepada Sri Sultan Hamangkubowono untuk menjadikan sarkem menjadi lokasi wisata resmi, namun di tolak mentah-mentah, walaupun sultan juga tetap "membiarkan' lokasi tersebut beroprasi. kita tentu sepakat, bahwa tempat pelacuran seperti ini melanggar norma. tapi terkadang terlalu banyak orang bicara hanya bisa melarang tanpa memberi jalan keluar, ya banyak dari mereka memberi solusi tapi semuanya hanay omong kosong, hanya berbicara dan berteriak tapi tidak pernah bergerak, mereka bicara "masih banyak pekerjaan halal yang lain" tanpa pernah memberi lapangan pekerjaan. maka benarlah apa yang ditulis oleh W.S Rendra dalam pusisnya pelacur-pelacur

saudari-saudariku, bersatulah ambilah galah kibarkan kutang-kutangmu di ujungnya araklah keliling kota sebagai panji-panji yang telah mereka nodai kini giliranmu menuntut katakanlah kepada mereka : mengusulkan mengganyang pelacuran tanpa menganjurkan mengawini para bekas pelacur adalah omong kosong,

apakah pelacuran bagian dari drama kehidupan yang Tuahan sajikan atau produk dari sebuah kebudayaan dan peradaban manusia? maka manusia yang bertuhan dan berbudaya serta beradablah yang harusnya bisa memberi sebuah jawaban hakiki tentang keberadaan para "bidadari" dan "surga" bernama sarkem. hidup memang sebuah sandiwara yang telah di sutradarai, dan pelacur adalah bagian dari pemeran yang selalu di cap antagonis, jangan salahkan peran antagonis dalam kehidupan. Seperti Iblis di surga pada masa Adam, Qobil dalam cinta segitiga, seperti istri Luth a.s menjebak sang suami, seperti kanan anak Nuh a.s, Firaun pada zaman nabi Musa, Naambrdz zaman nabi Ibrahim, atau Abu jahal pada masa Rasulluloh Muhammad. atau mungkin seperti nasib Gayus Halomon Tambunan, di Indonesia pada masa sekarang ini. Sebuah cerita yang kadang tak masuk akal, lokasi seperti ini akan tetap menjadi kisah yang akan selalu dihinggapi kumbang kemanapun perginya. sebuah cerita nyata di sekitar kita, tidak hanya Jogja. lain waktu jalan-jalan ketempat lain yang lebih indehoy di balik dinding-dinding benteng budaya jogja. Salam Kompasiana,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline