Lihat ke Halaman Asli

Aziz Abdul Ngashim

pembaca tanda dan angka

sebaris cerita sudut taman budaya

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

entah kenapa akhir-akhir ini saya mulai menikmati menulis tentang sudut-sudut jogja. ada kesederhanaan di jogja yang sayang untuk di diamkan begitu saja, memang cerita tentang jogja tidaklah terlalu menarik apalagi -mungkin- untuk oran-orang yang tidak pernah "bertatap muka" dengan jogja itu sendiri. selain itu cerita saya tentang jogja bukanlah cerita yang wah dan sesuatu yang menarik seperti tempat wisata, tapi apa mau dikata tangan dan otang sedang asik membicarakan jogja.

[caption id="attachment_276309" align="aligncenter" width="500" caption="TBY saat Jogja art Fest, 2010 (canting doc)"][/caption]

oia, saya jadi ingat kata-kata mba lina dan mba shasa kemarin petang saat beberapa kompasianer jogja kongkow-kongkow di Taman Budaya Yogyakarta, bahwa sudah aneh kalau ompasianer jogja itu kopdar, karena sudah seperti teman main, hehhe... maklumlah orang-orang di jogja jarang pada OL jadi lebih sering ngobrol di darat. jadi keranjingan deh buat kumpul-kumpul, semoga saja tidak ada yang bosan melihat waja saya ini.

[caption id="attachment_276320" align="aligncenter" width="500" caption="TBY asli, yg bercat putih (arteater.wordpress.com)"][/caption]

Taman Budaya Yogyakarta (TBY) adalah sebuah kompleks yang menyatu dengan destinasi Malioboro dan "menempel" dengan "pasar buku loak", benteng verdeburg, serta Taman Pintar, hingga TBY yang tidak terlalu tampak dari jalan besar selalu sudut yang nyaman untuk sekedar mengurai permasalahan menjaring keakraban. bisa dilihat dari situasi TBY setiap sore yang hampir tidak pernah sepi dari kegiatan dari sekedar ngopi, ngobrol, hingga acara dan festival berkelas internasional. lihat saja kemarin, saat kompasianer jogja ngumpul pun sekitar TBY masih di jejali bermacam aneka kegiatan, dari yang shoting film, fotografi, belajar musik, orang bersepeda, hingga yang sekedar mampir numpang makan.

[caption id="attachment_276322" align="aligncenter" width="400" caption="salah satu sudut TBY yang sejuk (jogjanews)"][/caption]

tempatnya yang agak masuk dari jalan besar membuat tempat ini cukup tenang dan sejuk. dan yang lebih penting kawasan seniman ini bebas dari bayar parkir, heheheh. disinilah tempat seniman dari sastra, musik (klasik, modern, hingga tradisional), theater, para penulis, dan tak ketingalan tempat para blogger mengurai tawa. maka tak salah jika TBY mendapat julukan "Window of Jogja", bukan hanya karena ragam seni budaya jogja bisa dilihat di tempat ini, tapi juga kesederhanaan dan keakraban ala jogja tersaji dalam sebuah romantika luar biasa.

[caption id="attachment_276323" align="aligncenter" width="448" caption="kompasianer jogja di sudut TBY ditemani secangkir kopi, masih bertahan dari sore hingga malam (canting doc/lina sophy)"][/caption]

jadi jika mampir ke jogja dan kebetulan tidak diburu waktu sempatkan berkunjung ke Taman Budaya Yogyakarta walau untuk sekedar menikmati secangkir kopi dan lesehan di pendopo kecil atau di bawah pohon beringin.

beberapa tulisan lain tentang jogja : Jogja 21 Juli, dari Titik Nol ke Taman Budaya Akhir Pengabdian sang Raja (1 Oktober Jogja Berselimut Duka) YGF, Pengakuan Dunia Atas Budaya Indonesia Ciumannya di Pinggir Jalan Itu, Menyentuh Hatiku Sketsa, Secuil Cerita di Pusat Kota Sejarah Malioboro, Intrik Jawa-Cina Hingga Dunia Sastra Budaya Lesehan, Tetap Bertahan Walau di Trotoar Satu Garis Jalan dalam Kota, Malioboro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline