Lihat ke Halaman Asli

Azis Maloko

seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

Pelbagai Wajah (Tentang) Solor: Sebuah Catatan Pengantar Soal Genealogi dan Makna (Kata) Solor

Diperbarui: 9 Agustus 2023   05:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Azis Maloko

Kemarin, 8 Agustus 2023, sekitar malam pukul 23an saya mencoba membaca-baca beberapa WAGrup yang dipandang selalu updating dan ramai. Pada salah satu WAGrup ditemukan sebuah diskursus lepas seputar "makna harfiah" dari kata "Solor". 

Meskipun diskusinya biasa-biasa saja bahkan belum ada namanya diskusi di dalamnya, namun hal-hal semacam ini juga terbilang cukup penting. Apalagi memang sampai sejauh ini kita sepenuhnya juga belum terlalu tahu pasti tentang apa itu makna harfiah kata "Solor". 

Selain sampai sejauh ini pula belum ada tulisan khusus yang mencoba menjelaskan hal ihwal terkait dengan kata "Solor". Sehingga, rasanya penting untuk mengambil bagian untuk membagi dan mendiskusikan secara terbuka dalam bentuk sebuah tulisan.

Hemat saya untuk memahami kata "Solor" yang kini menjadi nama salah satu Pulau yang ada di Kab. Flores Timur - NTT dan juga sebagai nama bagi salah satu kampung yang ada pada Kota Kupang (mungkin) tidak perlu melakukan research. 

Meskipun, tidak ada salahnya juga jika ada upaya akademis semacam itu. Karena, memang kita membutuhkan research dan publikasi terkait dengan khazanah ke-Lamakera-an kita. 

Terlepas dari itu, makna kata "Solor" bisa dilacak dari segi genelogis keterkaitan dengan sejarah masa lampau. Di dalamnya dapat dirunut pada dua aspek penting, yaitu daerah yang memiliki hubungan intim dengan Pulau Solor dan negara kolonial yang pernah melakukan kolonialisai terhadap pulau Solor.

Sudah menjadi tesis dan teori umum bahwa daerah dan negara yang pernah berurusan dengan daerah tertentu, baik sebagai mitra atau kolonialisasi, selalu meninggalkan jejak bahasa di dalamnya sebagai bagian dari pengaruhnya. 

Dengan kata lain, daerah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan dan negara tertentu biasanya memiliki ketergantungan khusus. Termasuk ketergantungan dalam penggunaan bahasa. 

Hal demikian bisa saja terjadi oleh sebab bahasa terbilang sebagai instrumen dan medium komunikasi yang paling efektif antar dan lintas kultur dan peradaban. Bahkan bahasa memiliki kedudukan dan peran yang begitu strategis dalam menjalankan sebuah misi.

Sehingga, perjumpaan antar etnis dan suku bangsa dalam kerangka kemitraan maupun kolonialisasi disertai juga dengan proyek "perjumpaan antar bahasa". Mula-mula para pendatang menggunakan penerjemah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline