Lihat ke Halaman Asli

Kaltim, Antara Kutukan dan Berkah Sumber Daya Energi

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kalimantan Timur merupakan daerah yang kaya akan sumber daya energi, tak salah jika Kaltim dijuluki lumbung energi nasional. Mulai dari batubara, minyak bumi, gas bumi, gas metana, sampai energi baru dan terbarukan semua ada. Namun, nasib daerah itu kini memprihatinkan lantaran masyarakat di sana tak mendapatkan manfaat lebih dari eksploitasi sumber daya energi di sana.

Menurut data Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Pemprov Kaltim 2014, cadangan batubara di Kaltim mencapai 8,82 miliar ton, yang diproduksi produksi 249,2 juta ton per tahun atau 65% dari produksi nasional yang mencapai 425 juta ton. Sementara produksi batubara Kaltim yang dijual 224,3 juta ton per tahun.

Cadangan minyak bumi mencapai 514 juta barel atau 11% cadangan nasional, yang berproduksi 35,21 juta barel atau 13,15% produksi nasional. Sedangkan cadangan gas bumi 17,17 trillion cubic feet atau 24,3% cadangan nasional. Yang diproduksi 605,57 mmscfd atau 36% produksi nasional.

Gubernur Kaltim Awang Faroek memaparkan, Kaltim perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah pusat. Setidaknya mendapatkan bagi hasil yang lebih besar, atas hasil kekayaan alamnya yang dikuras setiap hari.

Awang yang belum pulih benar dari sakitnya bersemangat menceritakan bahwa kini Kaltim seperti terkena kutukan sumber daya alam. Artinya, hampir semua sumber energi ada di sana, tetapi rakyatnya masih belum menikmati. "Ada yang bilang rasio elektrifikasi di beberapa daerah di Kaltim sudah naik. Saya katakan itu bohong, kami masih sering byarpet," ungkap Awang dalam Seminar Nasional Kompasiana, Penyelamatan Sumber Daya Alam Migas di Indonesia bertempat di Hotel Santika Premiere, Jakarta, Senin (13/4).

Contohnya, salah satu perusahaan publik yang tercatat di bursa efek Indonesia, sudah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Senipah, tapi hingga kini tak bisa beroperasi. "Masalahnya enggak dapat gas. Aneh, gas banyak tetapi susah mendapat gas," ujarnya geram.

Kejadian paling menyedihkan saat rakyat Kaltim mesti antre membeli bahan bakar minyak (BBM). Padahal, 13,15% produksi nasional berasal dari Kaltim. Makanya dua kali jadi Bupati, anggota dewan, sampai Gubernur Kaltim, Awang merasa harus terus melawan sampai Kaltim mendapat hak sumber energi lebih besar.

Awang bercerita, saat era kayu dulu, Kaltim tak dapat apa-apa. Begitu pula saat  booming energi migas dan tambang. Untuk itu, dirinya bertekad tak harus mengandalkan gas dan batubara untuk pembangkit. "Kami dan Batan sudah sepakat bangun PLTN di Berau dan Kutai Timur 50 MW-1.000 MW," tandas dia.

Bukan hanya sulit mendapatkan sumber energi, Kaltim juga kini harus menderita kerusakaan alamnya. Data Pemprov Kaltim 2014 menyatakan, Kaltim harus menanggung biaya pemulihan lingkungan akibat eksploitasi tersebut, misalnya kepunahan biodiversitas pada areal seluas 165.000 hektare per tahun akibat konversi hutan senilai  Rp 11,88 triliun, emisi karbon Kaltim 259 juta ton per tahun, transformasi pemenuhan kebutuhan air di 1.059 desa sebesar Rp 1,5 triliun per tahun, restorasi atau reklamasi lahan sangat kritis seluas 398.000 ha sebesar Rp 12,8 triliun, dan lainnya.

Awang bilang, total nilai kehilangan manfaat dan pemulihan lingkungan Kaltim bisa mencapai Rp 242,1 triliun per tahun. "Untuk itu, saya sudah melakukan moratorium izin kegiatan pertambangan, kehutanan dan perkebunan," ungkap dia.

Dengan aturan tersebut, Kaltim berharap bisa mengerem kerusakan lingkungan yang terjadi di Kaltim. Awang mengungkapkan, akibat fokus mengurus lingkungan, infrastruktur jalan tak pernah diperbaiki. Alhasil, sulit mencari jalan mulus di pelosok desa di Kaltim.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline