Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020 dan termasuk negara dengan kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari 17.504 dan terdiri dari 34 provinsi menurut sensus terbaru indonesia.
Semakin banyak budaya maka semakin banyak pula suku yang ada di Indonesia sehingga ditemukan keragaman bahasa yang timbul akibat adanya berbagai macam suku, faktor budaya, letak geografis, ilmu pengetahuan dan sejarah.
Salah satu keragaman bahasa di Indonesia adalah Bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan orang Jawa. Bahasa Jawa juga dikenal sebagai bahasa daerah dengan jumlah penutur terbanyak di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari penduduk asli suku Jawa paling tidak meliputi tiga provinsi: Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Di kawasan Solo, Yogyakarta, sampai Jawa Timur wilayah Mataraman (dulu wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram), mayoritas bahasa Jawa-nya hampir sama. Budaya Jawa Mataraman dipengaruhi oleh hasil akulturasi Jawa Timuran dan Jawa Tengahan
Bahasa Jawa ini pun dibedakan atas bahasa ngoko (kasar), madya (biasa), krama (halus), bahkan sampai krama inggil (sangat halus). Beberapa contohnya bocah (ngoko/madya) dan lare (krama) untuk merujuk pada kata anak, kemudian kowe (ngoko), sampean (madya), dan panjenengan (krama/inggil) untuk kata kamu dalam bahasa Indonesia.
Uniknya, bahasa Jawa di satu daerah bisa berbeda dengan daerah lainnya. Bahasa di daerah jawa timur berbeda dengan daerah jawa tengah bahkan dalam satu provinsi saja misalnya di jawa timur pun juga berbeda bahasa untuk setiap daerahnya. karena masing masing daerah memiliki khasnya masing-masing. daerah jawa bagian timur lebih kasar sedang jawa tengah bahasanya lebih halus.
Diwilayah Malang, Surabaya dan sekitarnya anak disebut arek. Sementara di wilayah Mataraman (Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Pacitan, Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, sampai Trenggalek), anak dikenal dengan istilah bocah. Diwilayah lamongan dikenal dengan istilah angger atau lare dan diwilayah jawa tengah dikenal istilah andes
Belum lagi kalau berbicara Bahasa Jawa Tengah bagian utara yang meliputi Tegal, Banyumas menggunakan bahasa Jawa Ngapak Contohnya adalah Bahasa yang digunakan inyong (aku), rika (kamu),dan kepriben (bagaimana) dan didaerah banyuwangi dikenal dengan istilah ingsun (aku),dan kon (kamu) untuk daerah gresik dan sekitarnya.
Akan tetapi, penggunaan Bahasa Jawa dirasa semakin menurun seiring perkembangan waktu. Adanya perkembangan zaman yang kian maju secara perlahan mulai menjadikan Bahasa Jawa tergeser keberadaannya. Melihat situasi saat ini dimana penggunaan Bahasa Jawa di kalangan orang Jawa sendiri semakin rancu tatanan bahasa serta makin berkurangnya penggunaan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari, menjadikan pergeseran bahasa bukanlah sesuatu yang mustahil.
Namun, Berdasarkan penilaian daya hidup Bahasa dari UNESCO (2003) yang menggolongkan enam tingkat keadaan bahasa. Bahasa Jawa termasuk dalam kategori "aman".
Enam tingkat keadaan bahasa itu meliputi (1) aman: bahasa dituturkan oleh semua generasi dan transmisi antargenerasi tidak terputus; (2) rentan: bahasa dituturkan oleh anak-anak, tetapi hanya pada ranah tertentu; (3) terancam: anak-anak tidak lagi menggunakan bahasanya di rumah sebagai bahasa ibu; (4) sangat terancam: bahasa hanya digunakan antargenerasi tua, tetapi tidak kepada anak-anak; (5) hampir punah: hanya generasi tua yang dapat menuturkan, tetapi jarang digunakan; dan (6) punah: tidak ada penuturnya.