[caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Batik Tuban dengan motif unyeng-unyeng dan cumi-cumi khas Tuban."][/caption]
Siapa yang tak kenal dengan sebutan "Batik"? Hampir semua masyarakat Indonesia tahu tentang apa itu batik dan kegunaannya. Diantara mereka mungkin hanya mengetahui batik itu berpusat di Kota Pekalongan dan tinggal beli lalu mempergunakannya tanpa menghiraukan bagaimana sebuah produk batik itu dihasilkan.
Sebuah produk batik yang masih secara tradisional proses produksinya memiliki tahapan yang begitu banyak, mulai dari pembelian bahan, proses pembatikan dan pewarnaan. Saya termasuk sebagai bagian dari orang-orang yang ikut dalam proses pelestarian dan pembuatan batik ini, khususnya Batik Tuban.
Meskipun saya baru sekitar tiga bulan ikut dalam dunia perbatikan nasional dan itupun hanya menjadi bagian pemasaran batik, namun cukuplah untuk sedikit mengulas bagaimana produk batik itu diciptakan oleh para pembatik dengan dedikasi yang tinggi untuk pelestarian dan untuk kelanjutan hidup mereka tentu saja.
Batik Tuban, juga batik Indonesia pada umumnya, seperti batik pesisiran lain memiliki corak yang cerah dan beragam. Pembuatannya pun beragam, mulai dari proses tulis sampai proses cap atau printing. Sebuah produk batik paling tidak harus melalui beberapa tahapan berikut ini sebelum siap dipasarkan.
- Pembelian bahan, meskipun memproduksi batik. Namun, tempatku "bekerja" tidak secara mandiri memproduksi bahan untuk dibatik. Bahan-bahan didatangkan dari Surabaya, biasanya dikenal dengan istilah putihan.
- Proses pencantingan, ini merupakan proses yang selain membutuhkan keterampilan juga membutuhkan kesabaran karena untuk sebuah batik tulis dengan goresan motif yang halus bisa menghabiskan waktu 2-3 hari per 2 meter kain. Kalau pencapan proses akan lebih cepat, 15-30 menitpun akan selesai mengerjakan 2 meter kain bahan.
- Pewarnaan, proses ini termasuk yang paling penting karena meskipun goresan canting pada kain itu sangat bagus tetapi takkan terlihat keindahannya jika tanpa pewarnaan yang sesuai. Pewarnaan ini bisa dilakukan 1 - 3 kali celupan bahkan lebih.
- Penjemuran, setelah proses pewarnaan selesai, lanjut ke proses penjemuran. Proses ini kebanyakan masih menggantungkan pada sinar matahari untuk pengeringan batik. Proses ini akan menjadi lama jika matahari malas keluar menampakkan sinarnya.
- Penjualan, dalam proses ini dimana saya turut langsung. Terkesan masih banyak masyarakat kita yang kurang begitu menghargai suatu karya seni batik, harga yang menurut saya masih wajar karena proses yang panjang tadi mereka tawar dengan tawaran yang jauh dibawah harga awal. Inilah kesulitan para pengrajin batik yang mayoritas membutuhkan dana segar segera untuk bisa memproduksi batik lagi.
Lewat tulisan ini, semoga kesadaran kita semua akan budaya bangsa lebih meningkat lagi. Agar, kehidupan para pembatik yang notabene berada dikalangan menengah kebawah bisa terangkat sekaligus membuat produk-produk dalam negeri mempunyai daya saing paling tidak dalam skala nasional. Selamat Hari Batik Nasional 02 Oktober 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H