Lihat ke Halaman Asli

Azi Wansaka

Sejarawan Amatiran

Haji Muhammad Rasyidi: Putra Muhammadiyah dari Kotagede

Diperbarui: 23 Maret 2024   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.penaraka.com

Ketika berbicara tentang Saridi mungkin hampir sebagai besar orang banyak yang tak familiar. Tentu saja, nama ini merupakan nama kecil dari cendekiawan muslim dari Muhammadiyah sekaligus Menteri Agama RI yang pertama. Saridi merupakan nama kecil yang disandang beliau dari kedua orang tuanya. Namanya kemudian berganti menjadi Rasyidi ketika beliau berguru dengan salah seorang pendiri Perguruan Al-Irsyad yang bernama Syekh Ahmad Sarkuti.

Rasyidi atau M. Rasyidi sendiri lahir di Kotagede, Yogyakarta pada 20 Mei 1915. Ayahnya yang bernama Atmosudigdo adalah seorang pengusaha batik. Sejak kecil M. Rasyidi tinggal di Kotagede yang terkenal dengan kerajinan peraknya dan juga menjadi basis Muhammadiyah. Pada masa kecilnya, M. Rasyidi mendapatkan pendidikan di Sekolah Ongko Loro, Kotagede dan kemudian pindah ke Kweekschool Muhammadiyah.

Sejak kecil M. Rasyidi terkenal sebagai sosok yang cerdas dan menyukai bacaan-bacaan filsafat. Ketika usia belasan M. Rasyidi bahkan sudah mampu membaca buku-buku yang terbilang berat untuk usia beliau. M. Rasyidi waktu itu sudah mampu melahap buku seperti Alifiah karya Ibnu Malik, Matan As-Sullam, hingga karya Aristoteles tentang logika.

A. Tokoh Muhammadiyah yang Menyukai Filsafat
M. Rasyidi terkenal sebagai sosok yang memiliki semangat belajar yang tinggi.
Selain terkenal sebagai sosok yang memiliki semangat belajar tinggi, M. Rasyidi juga dikenal sebagai anak yang tekun, dan dicintai oleh guru-gurunya. Agaknya inilah yang kemudian membuat banyak orang yang menyenani M. Rasyidi.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Perguruan Al-Irsyad, M. Rasyidi berniat untuk masuk ke Universitas Al-Azhar di Mesir. Namun, M. Rasyidi kemudia mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kuliah di Universitas Al-Azhar dan memilih Universitas Kairo. M. Rasyidi mengambil Universitas Kairo karena saran dari salah satu teman dekatnya yang sama-sama berasal dari Kotagede, yaitu A. Kahar Mudzakir.

Selepas menimba ilmu di Mesir, M. Rasyidi kemudian kembali ke tanah air dan diminta keluarganya untuk menikahi Siti Sa'adah. Beberapa tahun selepas kembali ke tanah air, M. Rasyidi kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Sorbonne Paris. M. Rasyidi mendapatkan gelar dari Universitas Sorbonee tepat pada tahun 1956 setelah beliau berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul "Evolusi Islam di Indonesia: Tinjauan Kritik Terhadap Kitab Centini.

M. Rasyidi juga dikenal sebagai seorang cendekiawan muslim Muhammadiyah yang menguasasi empat bahasa asing yaitu, Arab, Inggris, Belanda, dan Prancis. Selama karirnya dalam dunia ilmu pengetahuan, M. Rasyidi memiliki pengalaman seperti, menjadi Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Guru Besar Filsafat Barat di UIN, Dosen Tamu di McGill University, Mentreal, Canada, dan Dosen di Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta (sekarang UII).

B. Kisah Lucu M. Rasyidi
Terdapat pengalaman lucu sekaligus menggelikan jika dikenang oleh M. Rasyidi ketika terpilih menjadi Menteri Agama RI yang pertama. Ketika beliau diumumkan sebagai menteri agama pertama, M. Rasyidi sama sekali tidak tahu jika yang terpilih adalah beliau. Memang, ketika melihat surat kabar M. Rasyidi melihat nama Haji Rasyidi yang terpilih sebagai menteri agama. Namun, beliau mengira jika itu hanyalah nama orang lain yang kebetulan mirip dengan nama beliau. M. Rasyidi merasa jika dalam beberapa hari belakangan beliau tak dihubungi siapa pun terkait hal ini.

Ternyata yang membaca berita terpilihnya M. Rasyidi tidak hanya beliau sendiri. Warga Kotagede juga turut menyadari pemberitaan tersebut. Di Kotagede M. Rasyidi lebih dikenal dengan Haji Rasyidi dibanding M. Rasyidi. Setelah membaca pemberitaan yang beredar warga , warga Kotagede kemudian mengirimkan kawat untuk menanyakan apakah betul Haji Rasyidi yang terpilih adalah beliau. Selang beberapa hari dari kejadian ini, barulah datang utusan kabinet ke rumahnya yang berada di Jl. Kebon Kacang Jakarta untuk menjemput beliau dalam Sidang Kabinet di Kediaman Menteri Sutan Syahrir.

M. Rasyidi menjabat sebagai Menteri Agama pada masa Kabinet Syahrir II selama 7 bulan kurang sepuluh hari. M. Rasyidi memang mengemban amanah sebagai Menteri Agama dalam waktu yang singkat, karena pada 2 Oktober 1946 Sutan Syahrir harus mengembalikan mandatnya kepada Kepala Negara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline