Jurgen Klopp barangkali sudah bukan sosok pelatih bagi fans Liverpool. Dia adalah penyihir, pahlawan, idola dan kesayangan seluruh publik Anfield. Klopp diingat bukan hanya karena sumbangan trofi-trofinya, tapi juga peranannya membangun Liverpool, membangkitkannya dari keterpurukan, lagi dan lagi.
Guna menghormati usaha Jurgen Klopp yang tak pernah menyerah membangun dan membangkitkan Liverpool, lagi dan lagi, inilah sepenggal kisahnya. Kisah yang barangkali harus dibaca fans klub yang sedang jengkel dengan pelatih botaknya.
Jurgen Klopp datang ke Liverpool pada Oktober 2015. Saat dia datang, Liverpool sama sekali bukan Liverpool yang kita kenal. Mereka terdampar di posisi 10, kalah dari MU-nya Van Gaal, serta hanya bisa menang tipis lawan tim sekelas Stoke City.
Situasi skuad juga sangat amburadul dan apa adanya. Ketidakcakapan Brenden Rodgers dalam urusan transfer membuat Liverpool hanya dihuni pemain kelas 2. Cuma Coutinho dan Firmino nama yang cukup menonjol waktu itu. Firmino pun bukan Firmino yang kita kenal sekarang, dia hanya pemain yang salah posisi dan kurang berkembang.
Singkatnya Klopp diserahi sebuah skuad medioker dengan peforma yang medioker juga. Tugasnya membangun Liverpool akan sangat berat. Namun Klopp tetap tersenyum di konferensi pers pertamanya sambil bilang.
"Sebuah kehormatan besar karena bisa dipercaya melatih Liverpool. Ini adalah salah satu klub terbesar di dunia. Tentu akan sangat sulit untuk mengembalikan kekuatan klub ini. Ini bukan momen yang tepat untuk melakukannya, tapi ini adalah momen terbaik untuk memulainya. Saya merasa sangat percaya diri."
Seyakin itulah The Normal One ini dalam mengembalikan Liverpool ke peforma terbaiknya. Dia menjanjikan akan mengubah struktur bermain tim, mengubah pendekatan di bursa transfer, serta tentu saja kalimatnya yang terkenal:
"Kita akan memenangkan sebuah gelar dalam waktu 4 tahun. Jika tidak, maka saya akan pergi ke Swiss."
Klopp pun mulai bekerja. Dia membangun semuanya sedikit demi sedikit. Di sisa musim ini dia akan berfokus dengan pemain yang ada dan pelan-pelan mengubah sistem permainan. Trio lini depan sebagai andalan terbentuk. Yaitu Coutinho-Lallana-Firmino. Sementara itu dulu. Dengan skuad seadanya ini, Klopp berhasil mengantar Liverpool ke dua final, meski keduanya kalah.
Musim-musim berikutnya, Klopp mulai beraksi di bursa transfer. Liverpool yang tak pernah benar dalam mendatangkan pemain, mendadak tepat dalam membeli dua pemain, Sadio Mane dan Mo Salah di dua bursa transfer. Bantuan untuk lini belakang juga disempurnakan dengan kedatangan Van Dijk dan Alisson. Liverpool menjuarai Liga Champions di tahun keempat, dan Klopp membayar janjinya dengan tuntas.
Namun tugas Klopp belum selesai. Tuntutan untuknya sudah jelas sejak dia pertama kali menjejak rumput Anfield. Klopp harus bisa mempersembahkan gelar juara Liga Inggris. Mengenai hal ini Klopp berkata di ujung kompetisi liga Inggris musim 2018/19, musim dimana dia kalah satu poin dari pasukan Pep.