Pendidikan antara harapan dan realita.
Kita berharap pendidikan tidaklah hanya simbolis, dan gimik belaka. Bukan juga hanya sekedar 'pameran' gelar akademik semata.
Kita berharap pendidikan itu menjadi pembaharu, menjadi warna yang lebih cerah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, menjadi warna baru dan memberi harapan yang baru.
Dengan banyaknya lulusan sarjana hari ini, kita berharap bukan hanya 'menggadaikan' ijazah untuk menjadi korporat, sehingga ketika lowongan dibuka semua antri mendaftar untuk mengadu nasib, bahkan dengan kemungkinan lulus yang hanya 1% saja.
Sebenarnya siapa yang salah, apakah pemerintah yang masih kurang dalam menata para sarjana nya, atau para sarjana yang tidak memiliki inovasi, kreativitas untuk menjadi solisi, sehingga akhirnya menjadi benalu.
Seharusnya kita tidak dibesarkan dengan mental yang dipengaruhi oleh ucapan begini,"Jika belajar bagus nanti IPK nya tinggi, tentu akan mudah saat lamaran kerja,".
Pada akhirnya mereka hanya terfokus untuk mengejar IPK semata, tanpa menyadari mereka lupa membangun diri mereka. Diatas kertas mereka bagus, tapi tidak bisa masuk di tengah-tengah masyarakat, tidak bisa menjadi leader, tidak memliki mental, hanya menjadi penonton.
Kita tidak boleh dipengaruhi bawha IPK rendah itu akan mati dan tidak bisa hidup, dan IPK yang tinggi akan hidup dan bahagia.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H