Lihat ke Halaman Asli

Azhari Aman Harahap12

Hanya guru biasa, tapi sangat spesial karena ingin lebih mensyukuri apa yang ada.

Tidak Semua Pahit itu Empedu

Diperbarui: 12 Juli 2022   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di sebuah negara yang dipenuhi problematika, nilai-nilai kemajuan yang masih belum merata, pahit adalah kata yang tak asing, karna sudah bahagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Tapi apakah disebuah negara yang sudah mapan ekonominya menjamin indahnya sebuah kehidupan? Kalau memang iya, maraknya pemerkosaan, pencurian bahkan sampai pembunuhan, dekadensi moral pemuda-pemudanya sampai patalogi sosial kemasyakatan. Bukankah sebuah gambaran dari gelapnya sebuah kehidupan itu sendiri? 

Negara maju mana sekarang yang tak terjangkit virus semacam ini. Masih kurang apa mereka itu? Gaya hidup yang materialistis itulah yang kita lihat. Satu sisi mereka yang jauh dari semua itu malah lebih indah menikmati arti sebuah kehidupan.

Kota Tarim, Hadhromaut, Yaman, kesederhanaan tergambar dari kehidupan mereka. Seolah tak ambil pusing konflik yang sedang melanda, kekosongan pemimpin, pemerintahan yang abu-abu, namun senyum & kebahagian masih begitu kental dalam kehidupan mereka. 

Tak pernah saya dengar pencurian, perselingkuhan, apalagi sampai pemerkosaan dan pembunuhan, apalagi korupsi tentunya, ekheem. Gemuruh sholawat dimana-mana, kajiaan-kajian agama dimasjid-masjid, ramah tamah penduduknya, malah itu yang saya saksikan.

Pernah satu ketika saya naik sepeda menyalahi jalur lintasan yang semestinya dari kanan saya dari kiri, ketika berpapasan dengan seorang pengendara motor   beliu mengacap salam "Assalamu Alaikum", sambil bertanya-tanya "ada apa gerangan ?". Akhirnya saya sadar ternyata saya salah jalur. Kira-kira saya dapat reaksi apa ya kalau kejadian ini di daerah lain, "Pake  mata dong kalau bersepeda atau ni bukan jalan kakek moyang lo!". Coba bayangkan jika fenomena ini (kekosongan pemerintahan) terjadi dibuah negara. Apa yang terjadi di negara itu.

Yah memang, apa yang tersurat belum tentu menggambarkan apa yang tersirat, pahit tidaklah semuanya empedu, manis juga tidaklah selalu bak madu.
Ternyata indahnya sebuah kehidupan bukanlah sepenuhnya indah dengan materi. Hati yang bersihlah yang akan membuat pikiran lebih tentram. Mensyukuri apa yang ada dan tidak berputus asa bebara pelajaran yang dapat kita petik.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline