Lihat ke Halaman Asli

Azhar Hakimi

Manusia Pembelajar

Haminjon, Komoditas Unggul Humbanghas yang Memikat

Diperbarui: 11 Juli 2024   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis bersama Khalil di gudang kemenyan miliknya/dokpri

Haminjon; Komoditas Unggul Humbanghas yang Memikat

Sudah beberapa kali  kami berkunjung ke kediaman salah satu tauke kemenyan terbesar di Dolok Sanggul, kabupaten Humbang Hasundutan ini. Setiap kali kami datang, selalu ada kisah-kisah menarik yang mewarnai kunjungan kami.


Dalam kunjungan singkat kali ini, perhatian kami lebih tertuju kepada usaha kemenyan yang digeluti Khalil Basya Sihite dan keluarga. Sebagai generasi ketiga yang menjalankan usaha ini, Khalil sukses mengembangkan usaha yang menjadi salah satu  komoditas andalan Humbanghas.

Kemenyan (haminjon dalam bahasa Batak) berasal dari getah pohon kemenyan yang tumbuh liar di hutan. Belakangan pohon ini dikembang biakkan sendiri oleh petani kemenyan. Salah satu karakter pohon kemenyan yang baik, ia harus tumbuh dinaungi oleh pepohonan lain di sekitarnya. Bila pohon ini tumbuh tanpa naungan, maka kualitas kemenyan yang dihasilkan akan kurang baik.

Setelah kulit pohon kemenyan dilukai, getah kemenyan akan keluar secara perlahan. Menunggu waktu paling sedikit tiga bulan baru  getah hasil luka pohon tadi mengkristal  bisa dan layak untuk dipanen.


Bagi sebagian masyarakat Humbanghas, kegiatan bertani kemenyan sudah menjadi tradisi turun temurun di keluarga mereka.
Hasil panen masyarakat  ditampung oleh pengepul-pengepul kemenyan yang cukup banyak jumlahnya. Pengepul kemenyan bahkan rela membayar hasil panen kepada petani terlebih dahulu meski petani  belum waktunya panen.


Pekerja melakukan penyortiran kemenyan di gudang kemenyan Khalil/dokpri

Selanjutnya pengepul akan menjual kemenyan kepada tauke-tauke kemenyan, salah satunya Khalil Basyah Sihite. Kemenyan dengan berbagai ukuran dan kualitas dibersihkan, disortir dan dikemas dalam peti-peti kayu. Harga kemenyan ini cukup berfariatif. Mulai dari seratus ribuan sampai lima ratus ribuan per kilogram. Tergantung kualitas kemenyan yang dihasilkan. Bahkan harga per kilonya pernah menyentuh harga satu gram emas murni.

Tauke  selanjutnya mengirim kemenyan ke berbagai daerah di Indonesia khususnya di pulau Jawa. Di sana kemenyan dijadikan bahan untuk campuran rokok yang menjadi primadona masyarakat jawa. Selain itu, kemenyan juga diekspor ke Srilangka, India, Singapura dan Arab Saudi serta beberapa negara lain.

Selain dijadikan bahan campuran rokok, kemenyan dijadikan bahan baku obat-obatan, kosmetik,  bahan baku parfum serta menjadi campuran bahan pembakaran jenazah seperti di India.


Sebagian kemenyan yang sudah dikemas dalam peti kayu untuk dikirim ke Jakarta/dokpri.

Tak puas sampai disitu, saat ini Khalil juga terus mengembangkan sayap bisnisnya. Di antaranya usaha botot, pengepul jagung, distribusi minyak  goreng, gula, air mineral, sabun dan usaha lain yang terus ia kembangkan.Khalil memberdayakan puluhan pekerja yang  bekerja di perusahaannya. 

Jumlah ini di luar belasan keluarga yang ia berdayakan untuk melakukan penyortiran dan pembersihan kemenyan yang dilakukan di rumah-rumah warga sekitar.Apa yang dilakukan Khalil telah membantu pemerintah membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar serta menggerakkan ekonomi di kabupaten Humbang Hasunsundutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline