Lihat ke Halaman Asli

Optimis bersama SBY Menatap Indonesia Masa Depan

Diperbarui: 6 April 2018   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Saya beruntung bisa hadir dalam acara silaturahmi SBY dengan alumnus Sekolah Bisnis Sragen, 5 April malam kemarin. Bukan saja lepas kangen saya dengan SBY dan Ibu Ani, tapi saya juga dapat pengetahuan baru, dapat motivasi untuk jadi orang yang optimis. Kalau nasihat dan motivasi SBY ini diseminarkan, pasti harga tiketnya jutaan rupiah. 

Tapi, alhamdulillah, SBY berkenan membagikan pandangannya secara gratis..tis..tis... Dan penyampaiannya itu sejuk tenan, seolah-olah ini adalah nasihat seorang kakak kepada adiknya.  Apalagi di akhir acara SBY berkenan menyumbangkan suara emasnya untuk menghibur kita semua. Terimakasih sekali untuk Pak SBY.

Secara pribadi, jujur saja saya sempat gelisah menghadapi situasi perekonomian Indonesia dan khususnya Jawa Tengah dan Srage belakangan ini. Perekonomian melambat terasa sekali, sehingga daya beli masyarakat rendah. Ini bukan cuma pendapat saya, teman-teman saya juga berpikiran sama. Alhasil, barang dagangan kami sepi pembeli.

Menariknya, SBY malah mengajak kami untuk optimis untuk menghadapi Indonesia masa depan.  Indonesia yang penuh potensi, yang akan semakin kuat melampaui tahun 2030 mendatang.

Benar kata SBY, rakyat Indonesia patut bersyukur.  Meskipun usia Republik Indonesia belum lagi seabad, pada tahun 2008 di masa pemerintahan SBY, Indonesia jadi anggota G20. Indonesia jadi salah satu dari 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Padahal, tahun 1998, negeri kita dihantam krisis yang luar biasa. Mulai dari krisis ekonomi, politik, sosial, keamanan, hukum sampai hubungan internasional. Bahkan Indonesia diramalkan akan jadi negara gagal, Indonesia akan lenyap dari peta dunia. Nyatanya, sejarah mencatat Indonesia bukan hanya bisa mengatasi masalah-masalah itu. Bahkan tumbuh lebih maju lagi.

Ini semua terjadi izin dan pertolongan Allah serta berkat kerja keras SBY dan jajarannya. Dalam upaya mengantisipasi dampak krisis ekonomi global yang melanda Indonesia pada tahun 2008, bermalam-malam, berminggu-minggu SBY harus mengorbankan waktu tidurnya. Bersama-sama para menteri, para pimpinan BUMN, pimpinan dunia usaha, bahkan para pemred-pemred media massa, SBY bekerja keras agar Indonesia tidak karam seperti tahun 1998.

Kenapa rakyat Indonesia tidak tahu kerja keras SBY ini? Tentu karena SBY tidak haus pencitraan. Dia tetap bekerja keras meski tidak selalu disorot oleh televisi, tidak disiarkan ke sana kemari.

Hasilnya, perekonomian Indonesia tetap bertahan, bahkan tumbuh lebih tinggi lagi. Sehingga Indonesia bisa tumbuh nomor dua setelah RRC di antara negara-negara anggota G20. Kalau progres ini dijaga, oleh pemerintah, oleh pemimpin kita yang sedang mengamban amanah rakyat . SBY menyaki tahun 2030 kelak, ekonomi Indonesia justru jauh lebih kuat.

Ilustrasinya begini. Saat SBY melanjutkan kepemimpinan nasional dari Megawati, pada tahun 2005 pendapatan perkapita kita cuma 1100 US$. Tapi selama 10 tahun, pada 2004-2014, pendapatan perkapita kita naik jadi 3760 US$. Hampir 400%.  Terang ini adalah fenomena langka, ekonomi  tumbuh pesat padahal dihantam krisis dan dalam dalam serta gejolak ekonomi lainnya.

Kalau tren ini dijaga, peekonomian Indonesia pasti semakin kuat. Indikatornya dari peningkatan penghasilan perkapita, juga jumlah kelas menengah. Sewaktu SBY pertama kali memimpin Indonesia, jumlah kelas menengah mentok di bawah 50 juta jiwa. Jumlah ini terus naik jadi sekitar 60-70 juta menjelang berakhirnya masa bakti SBY.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline