Lihat ke Halaman Asli

Asep Abdul Aziz

Pendidikan Berkelanjutan

Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Esai

Diperbarui: 4 Maret 2021   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan model yang efektif dalam pembelajaran menulis esai. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Model pembelajaran konstruktivisme yang mengajak siswa untuk aktif dan kreatif, mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman, memecahkan, dan bergelut dengan ide-ide. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide siswa serta menerapkan strategi mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal berikut: (1) peningkatan kemampuan menulis esai siswa dengan model pembelajaran konstruktivisme; (2) peningkatan kemampuan menulis esai siswa dengan model pembelajaran tradisional; (3) perbedaan antara kemampuan menulis esai siswa dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran tradisional. Model pembelajaran konstruktivisme efektif meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis esai dari nilai rata-rata 61,3 menjadi 79. Keefektifan model pembelajaran konstruktivisme dibuktikan dengan uji hipotesis terhadap data hasil kedua kelas dengan taraf signifikansi 0,05 dan diperoleh hasil bahwa t hitung = 3,73; selanjutnya t hitung tersebut dibandingkan dengan t tabel. Dengan dk = 45 dan taraf kesalahan 5%, maka t tabel = 2,00172. Dari hal ini terlihat bahwa t hitung lebih besar dari pada t tabel (3,73 > 2,00172). Bila t hitung lebih besar atau sama dengan t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Kata Kunci : model pembelajaran, konstruktivisme, menulis esai

Pendahuluan

Latar Belakang

Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah model pembelajaran konstruktivisme. Pemilihan model pembelajaran konstruktivisme lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga siswa mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret.

Menurut kaum konstruktivis, guru berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa membentuk pengetahuannya sendiri (Budiningsih, 2012:59). Dengan demikian, mengajar dalam pandangan konstruktivisme diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.

Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa merupakan proses konstruksi pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang dilakukan oleh siswa. Dalam proses pembelajaran konstruktivisme, guru dituntut untuk menjadi fasilitator yang baik, yang mampu menggali potensi yang dimiliki oleh siswa.

Siswa merupakan objek utama dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa memiliki sejumlah potensi yang harus dikembangkan. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar harus terampil menentukan dan memilih bahan, metode, dan teknik yang tepat. Di dalam pembelajaran bermakna, pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman lalu dan pengalaman belajar yang baru diperoleh baiknya dikomunikasikan. Pengetahuan tersebut yang kemudian oleh siswa dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Namun, kenyataan di kelas menunjukkan bukanlah pembelajaran bermakna yang berlangsung melainkan pembelajaran yang berpihak pada pengetahuan dan pengalaman guru semata. Siswa siap menerima pengetahuan dari guru. Lalu pengalaman belajar siswa hanya diperoleh melalui teori-teori yang disampaikan guru. Sehingga siswa menjadi kurang kreatif dalam menuangkan gagasan atau pengetahuannya ke dalam bentuk tulisan.

Masalah Penelitian

Suatu masalah perlu dirumuskan terlebih dahulu supaya jelas dan berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

  1. Apakah model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan menulis esai siswa kelas XII MA Nurul Bayan Cikalongkulon?
  2. Apakah model pembelajaran tradisional dapat meningkatkan kemampuan menulis esai siswa kelas XII MA Nurul Bayan Cikalongkulon?
  3. Apakah ada perbedaan antara kemampuan menulis esai siswa kelas XII MA Nurul Bayan Cikalongkulon dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran tradisional?
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline