Lihat ke Halaman Asli

Azfa Muzayyin XII_MIPA_2

Sedang mencoba menjadi artist yang professional walaupun gambarannya aneh-aneh

Kursi Roda Hana

Diperbarui: 1 Maret 2022   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover Novel Kursi Roda Hana

Angin berhembus dari jendela kelas dengan sejuk. Hari itu aku sedang melamun sembari mendengarkan musik yang ku suka. Kebetulan saat itu juga jam pelajaran kedua, guru matematika tidak bisa hadir dalam kelas alhasil pada hari itu menjadi jam kosong. Tentu hal itu sebuah kesenangan tersendiri, siapa yang tidak suka jam kosong dikelas? Orang yang tidak suka akan hal itu, dia pasti tidak suka bersyukur terhadap apa yang diberi.

Diriku dikelas memang kurang akrab dengan teman-teman kelas. Bukannya aku tidak mau berbaur tapi hanya saja aku tidak mengerti dengan topik yang biasa mereka bicarakan.

Kemudian diselang-selang jam tersebut, tiba-tiba saja masuk Bu Ani yang saat itu wali kelas. Seisi kelas yang tadinya ribut, langsung diam kondusif untuk mendengar apa yang akan disampaikan Bu Ani.

“Baiklah anak-anak, kebetulan pelajaran Pak Budi kosong, ibu pinjam dulu waktunya ya... ini ada pengumuman” Ucap Bu Ani.
“Pengumuman apa bu?” tanya salah seorang anak dikelas. “Dikelas ini ada kedatangan murid baru. Sebentar, ibu panggil dulu anaknya” jawab Bu Ani. Seisi kelas kembali ribut membicarakan siapa murid baru tersebut. Bu Ani kembali ke kelas sembari membawa kursi roda dengan seorang murid perempuan. Semua murid terheran-heran kenapa murid tersebut menaiki kursi roda

“Silahkan perkenalkan diri dulu” Ucap Bu Ani kepada murid tersebut.

                Dengan gugup murid tersebut memperkenalkan diri. “Halo semuanya, nama saya Hana ” Ucapnya dengan malu-malu. Lalu Bu Ani pun kembali menyeru “Mohon perhatiannya! Jadi anak-anak, Hana ini adalah murid pindahan. Hana pindah ke SMA kita karena urusan pekerjaan orang tuanya yang mengharuskan pindah...”. Lalu tiba-tiba saja salah seorang murid memotong penjelasan dan dengan lantangnya bertanya “Ibu! Kenapa dia pake kursi roda segala bu?”. “Gak ada sopan-sopannya anak satu ini, udah masuk SMA kelakuan kayak anak SD” gumam diriku di dalam hati.

                “Baik Diki! Ibu akan jelaskan. Jadi Hana ini kakinya lumpuh karena kecelakaan, jadi mohon bantuannya untuk kalian semua bisa bantu dia supaya nyaman dikelas ini yah! Baiklah untuk sekarang silahkan hana untuk menempati meja yang kosong.” Seru Bu Ani kepada semua murid di kelas. Anehnya dikelas tidak ada yang terkejut ataupun mengasihani terhadap ceritanya. Sungguh aneh.

                Dia pun kemudian menghampiri meja kosong yang berada di samping meja ku. Untung saja jalan untuk lewat ke arah belakang ukurannya pas untuk kursi roda itu masuk. Dia mendorong roda tersebut dengan kedua tangannya dengan santai, tidak terlalu tergesa-gesa. Tas kecil yang ia bawa sudah menggantung di kursi rodanya. Kemudian Bu Ani kembali menyeru lagi “Ohh iya, kalau semisal dia perlu bantuan apa-apa, ibu titipkan kepada Andi saja ya”.

                “Loh.. kenapa harus saya bu?!” tanya kembali pada Bu Ani. Padahal aku hanya ingin mengikuti kelas dengan tenang, kok malah diriku yang harus jadi babu. “Gapapa kan ya Nadim, toh kamu juga ga terlalu aktif di organisasi, mending bantu Hana saja ya?”. Ucap Bu Ani dengan senyum.

                “Ko bisa-bisanya malah aku yang dipilih” gumam diriku dalam hati. Tapi memang ada yang tak beres di kelas ini, terlihat dengan jelas keegoisan mereka walaupun tidak terang-terangan. Guru yang tahu bahwa aku tak ikut eskul manapun membeban kan tanggung jawab ini, pintar sekali guru ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline