Lihat ke Halaman Asli

Dampak Positif dan Negatif Naiknya Harga Tiket Masuk Candi Borobudur

Diperbarui: 10 Juni 2022   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Beberapa hari yang lalu Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengumumkan kenaikan harga tiket naik ke puncak Candi Borobudur sebesar 750 ribu untuk wisatawan lokal dan 1,4 juta untuk wisatawan asing, hal tersebut membuat pro dan kontra di kalangan masyarakat, banyak masyarakat yang mengira masuk Candi Borobudur harus membayar 750 ribu, namun sudah klarifikasi oleh Sandiaga uno melalui postingan Facebooknya, 750 ribu adalah harga naik ke puncak candi, sedangkan jika hanya masuk ke pelataran candi hanya membayar tiket sebesar 50 ribu. 

Namun wacana kenaikan harga tiket tersebut ditunda, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo serta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sepakat menunda pemberlakuan kenaikan harga tiket Candi Borobudur. 

Kesepakatan dicapai usai keduanya bertemu di kediaman Rumah Dinas Gubernur Jateng, Semarang pada Selasa (7/6) kemarin. "Kami postpone dulu. Tadi Pak Menteri (Luhut Binsar Panjaitan) sudah menyampaikan, 'Pak Gub itu kita postpone dulu, biar tidak terjadi cerita yang ke mana-mana'," kata Ganjar seperti dikutip dari Antara, Selasa (7/6). Lantas jika  harga tiket naik ke puncak candi naik apa dampak postif dan negatifnya.

  • Dampak Positif

Dampak positif dari kenaikan harga tiket adalah mencegah kerusakan pada candi, mengingat biaya perawatan yang tidak murah, sehingga harga tiket perlu dinaikan dan jumlah pengunjung hanya dibatasi 1000 orang dan harus didampingi guide. 

Sebelumnya banyak peringatan yang sudah di tempel di beberapa titik candi agar tidak menduduki dan menyentuh candi namun banyak orang tidak menghiraukan peringatan tersebut, hal tersebut mungkin menjadi alasan dinaikanya harga naik ke puncak candi, karena jika hal tersebut dibiarkan batu-batu candi dan relief akan mudah terkikis dan rusak.

Dikutip dari detik.com kata Ketua Pokja Pemeliharaan Candi Borobudur BKB, Bramantara, di sela workshop penyiapan bahan pembuatan upanat di Balkondes Tuksongo, Kabupaten Magelang, Selasa (7/6/2022).

"Kalau rata-rata per tahun itu tergantung jumlah pengunjung yang naik. Kita hitungannya per 1 kali gesekan 5,5 x 10 pangkat min 10. Menghasilkan kikisan sebesar itu (0,04 cm). Per satu kali gesekan, tinggal dikalikan saja jumlah pengunjung,"

Namun Bram menjelaskan tak semua bagian tangga diinjak, paling sering yang di bagian tengah. Akibatnya pada tangga di bagian tengah yang paling aus.

"Otomatis bagian itu (tangga di bagian tengah) yang tergerus lebih besar. Ada yang 3-5 sentimeter ada. Tangga naik atau turun sama," terangnya.

Selain itu, Staf Pemanfaatan BKB, Mura Aristina, menambahkan kerusakan tak hanya ditemukan pada bagian tangga Candi Borobudur tapi juga pada bagian relief. Untuk itu menurutnya manajemen pengunjung sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi kerusakan tambah parah.

"Secara kasat mata, secara umum memang Borobudur terlihat baik-baik saja. Namun ternyata setelah saya ajak keliling ternyata keausannya cukup parah, sehingga dengan demikian, harapannya masyarakat juga semakin paham dan sadar pentingnya melestarikan warisan budaya dunia, salah satunya adalah Candi Borobudur," tutur Mura.

  • Dampak Negatif
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline