Stasiun Kereta Matraman, Moderen dan seperti Tempo Dulu.
Pagi ini saya menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) untuk tujuan ke Depok melalui stasiun Matraman Jakarta Timur yang baru dioperasikan dua Minggu lalu. Hari saya mau ke pengadilan negeri Depok dan mengikuti acara pertemuan dengan keluarga korban kekerasan seksual pada anak di Depok.
Biasanya kalo mau ke Depok atau Bogor saya melalui stasiun Pondok Jati di depan rumah, transit di stasiun Jatinegara menuju stasiun Manggarai lebih dulu.
Jika mau cepat saya biasanya menggunakan ojek online langsung ke stasiun Manggarai. Sekarang saya hanya perlu berjalan kaki 5-10 menit saja langsung ke stasiun Matraman.
Tiba di stasiun Matraman, saya mencoba merasakan aura stasiun baru kereta baru ini. Terasa moderen fasilitasnya dan masih baru, istilahnya masih terasa aroma kebaruannya. Tetapi selain aroma moderen, stasiun Matraman ini juga memiliki aroma Tempo Dulu.
Tepat di samping stasiun Matraman terdapat sekelompok bangunan tidak permanen di sepanjang rel kereta. Bangunan tersebut adalah tempat prostitusi yang dikenal dengan nama Gunung Antang. Tempat protitusi Gunung Antang ini sudah ada di sepanjang rel kereta daerah Matraman sudah puluhan tahun.
Sejak saya kecil, sejak tahun 1970 tinggal di daerah Matraman, Jakarta Timur dan praktek prostitusi di Gunung Antang sudah ada. Warga di pemukiman Gunung Antang sudah ratusan kali memprotes kepada Pemda Jakarta PT Kereta Api Indonesia (KAI) agar membongkar dan membersihkan lokasi prostitusi Gunung Antang.
Keberadaan lokasi prostitusi Gunung Antang sudah terlalu sering diprotes karena menimbulkan masalah kriminalitas, keamanan dan sosial bagi warga sekitarnya. Tetapi lokasi prostitusi Gunung Antang tetap eksis bertahan karena di dalamnya banyak preman berseragam hijau dan coklat melindungi karena memiliki bisnis judi juga minuman ilegal.
Saya pernah mendengar cerita dari seorang warga tua bahwa nama Gunung Antang berasal dari kata Gunung dan Antang. Kata Gunung menandakan lokasi berada lebih tinggi atau di atas pemukiman warga.
Sedangkan kata Antang adalah berasal dari kata telentang, posisi tidur orang yang telentang. Beberapa kali memang bangunan di lokasi protitusi Gunung Antang pernah dibongkar tapi tidak dijaga dengan konsisten. Akibatnya setelah beberapa hari para pemiliki bangunan usaha prostitusi di Gunung Antang membangun kembali bangunannya.
Keberadaan prostitusi di samping stasiun Matraman ini mengingatkan seperti pengalaman stasiun lainnya di Indonesia yang pernah berada di samping lokasi prostitusi. Misalnya stasiun Jatinegara, Jakarta Timur yang dulu juga dipenuhi oleh lokasi prostitusi yang namanya Tengseng.