Lihat ke Halaman Asli

Ajang Pencari Bakat Atau Belas Kasian Ya....

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ajang pencarian bakat sedang merebak ditanah air saat ini, yang  diselenggarakan oleh berbagai stasiun televisi swasta, dengan juri yang memberi penilaian sekaligus terkadang mengarahkan, dan pilihan akhir berdasarkan sms terbanyak untuk mencari calon pemenang yang terbaik, terkadang menjadi tanda tanya besar, apakah nanti yang akan menjadi pemenangnya adalah benar-benar seseorang yang pantas dan layak menjadi pemenang karna memiliki bakat serta kemampuan yang terbaik diantara para peserta lainnya. Karna kita semua tau bagaimana masyarakat Indonesia menentukan pilihan mereka terhadap orang yang menjadi idola mereka, tercermin dari bagaimana mereka memilih pemimpinnya.

Pada umumnya masyarakat memilih bukan berdasarkan kemampuan, prestasi, serta bakat yang benar-benar menonjol dan mengagumkan yang dimiliki seseorang, melainkan berdasarkan belas kasihan, rasa sependeritaan, rasa simpati, rasa kesukuan, agama atau ras, serta wajah yang tampan atau cantik. Misalnya orang yang susah, para pengamen, atau memiliki permasalahan dalam keluarganya, yang terzholimi atau terabaikan dsb, biasanya sengaja ditonjolkan sehingga mendapat banyak simpati karna belas kasian, tanpa memandang lagi kemampuannya sejauh mana. Selain itupula tiap daerah akan menjagokan calon idola yang berasal dari daerahnya masing-masing, tanpa mau melongok pada peserta yang berasal dari daerah lainnya yang mungkin lebih bagus, begitupula dengan agama yang sebenarnya tidak kaitannya dengan ajang pencarian bakat, terkadang dibawa-bawa pula dalam memilih siapa yang akan menjadi idolanya dsb dsb dsb. Masalah apakah bakat yang dimiliki benar-benar yang terbaik tidak menjadi prioritas lagi, walaupun judul sesungguhnya adalah ajang pencarian bakat, bukan ajang mencari simpati dsb. Tapi toh pada akhirnya siapa yang menjadi pemenang berdasarkan pilihan terbanyak sering kali mengecewakan dan tidak memuaskan kita, karna ternyata masih banyak yang lebih berbakat dan lebih pantas menjadi pemenangnya, namun karna kurangnya dukungan, serta pilihan masyarakat, membuat mereka akhirnya tersingkir. Memang tidak mudah untuk mengubah pola pikir masyarakat, karna semua itu sudah menjadi kultur yang mendarah daging.

Sesungguhnya, apabila kita berniat mengadakan sebuah ajang untuk benar-benar mencari bakat, bukan sekedar mencari keuntungan dari jumlah sms yang banyak saja, maka kita harus benar-benar selektif dalam memilih, tidak lagi berdasarkan kriteria-kriteria diatas tadi, melainkan pure benar-benar karna keunikan serta bakat yang miliki oleh seseorang, serta pantas jika disebut berprestasi, dan belum tentu bisa dimiliki oleh orang lain. Apalagi jika tujuan mencari bakat tersebut adalah untuk membawa nama Indonesia ke dunia internasional, serta dipersiapkan untuk bisa bersaing didunia. Maka tidak bisa kita hanya mengandalkan mereka yang terpilih hanya berdasarkan belas kasian, simpatik, rasa kesukuan, ras atau agama. Sementara diluar negri sana, orang-orang memilih calon idola mereka, benar-benar sportif berdasarkan kemampuan serta bakat yang dimiliki, tanpa embel-embel serta alasan lain dibelakangnya. Dan apabila kita tidak segera merubah cara pandang serta cara berpikir kita, maka selamanya kita tidak akan bisa maju, serta bersaing dalam kancah dunia, dan mengharumkan nama bangsa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline