Lihat ke Halaman Asli

Bosan Dengan Tingkah Laku di Negeri Ini

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kasus korupsi semakin merebak dimana-mana, hukuman ringan, ditambah alasan sakit, makan uang Negara bermilyar-milyar, bahkan triliunan, dihukum tidak lama, plus fasilitas mewah dipenjara. Sedangkan maling ayam dan maling motor hukumannya lebih berat, bahkan tidak jarang digebukin sampai mati. Dan para perampok bank, merampok uang 300juta dibagi rata, begitu tertangkap ditembak langsung mati.

Sementara seseorang tokoh yang berusaha jujur mengungkap kasus, dan membeberkan fakta, serta menyeret berbagai nama penting dilingkungannya, justru ditangkap, dan diadili sebagai pesakitan jadinya.

Belum lagi para wakil rakyat yang terhormat, tidak habis-habisnya meminta fasilitas mewah dan nikmat, serta anggaran dana untuk ini dan itu dengan segala alasan, termasuk study banding plus jalan-jalan keluar negri.

Ditambah kasus Lapindo yang tiada usai, rakyat disana sini menjerit dan menangis kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan lahannya, sementara yg punya andil segera cuci tangan, sehingga Negara yang harus bertanggung jawab menangani sebagai bencana nasional.

Serta dimana-mana peraturan diberlakukan secara kenceng kendor, alias saat disorot peraturan langsung dikencangkan, semua sok sibuk dan cari muka, menertibkan dan menjaga, sementara seiring berjalannya waktu, semua kembali kendor dan terlupakan. Sehingga rakyat bingung sebenarnya boleh atau tidak, karna semua angin-anginan tanpa ketegasan, dan mudah berubah-ubah kapan saja.

Penembakan membabi buta terhadap orang-orang yang dianggap teroris, tanpa ditangkap terlebih dahulu dan diintrogasi, benar tindaknya dia terlibat, dan sejauh mana keterlibatannya, semua langsung dihadiahi peluru panas tanpa bisa membela diri.

Pemimpin bangsa berganti berkali-kali, namun kasus Trisakti, dan Semangi hingga kini tak terungkap pasti, siapa dalang dibalik semua ini. Dan para korban tinggal nama yang mungkin tak diingat lagi.

Pembagian zakat dan sedekah, serta sembako murah, selalu berakhir dengan rusuh, saling berebutan, hingga dorong-dorongan dan banyak yang terinjak-ijak. Hanya berebut uang atau barang murah bahkan hanya senilai dua puluh lima ribu rupiah, nyawa harus melayang begitu saja.

Biaya pendidikan semakin berat dan mahal, seolah tidak ada lagi yang peduli akan pentingnya pendidikan ini, sehingga banyak anak-anak yang tidak mampu harus putus sekolah dini, padahal mereka adalah para generasi penerus bangsa nanti.

Dan jumlah pengangguran yang semakin banyak, dari golongan non educated hingga sarjana, berebut mencari kerja tak dapat, padahal sudah saling serobot disana dan sini, akhirnya pasrah menganggur lagi. Sebagian berusaha sendiri menjadi pengusaha kecil, bersaing dengan pengusaha menengah dan kakap, namun akhirnya terlindas juga karna hukum rimba berlaku kini, siapa yang kuat, dialah yang menjadi pemenang dan bertahan pada akhirnya.

Janji-janji kampanye dan Pemilu tak berarti lagi, sudah terpilih dan menempati posisi, tak peduli rakyat lagi. Visi misi kedepan demi bangsa ini tinggal janji yang entah kapan terpenuhi, mungkin nanti setelah tak menjabat lagi, baru berkoar-koar agar dipilih lagi. Semua memang berambisi, tapi jarang yang bisa pegang janji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline