Lihat ke Halaman Asli

Ayyuhanna Widowati

Guru SDIT Miftahul Ulum Gandul Cinere Depok

Menjalin Kedekatan dengan Anak Remaja

Diperbarui: 25 Februari 2024   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Jika anak sudah memasuki usia remaja terkadang kedekatan antara orang tua dengan anak remajanya menjadi renggang. Berbeda ketika masih kecil, banyak waktu yang dihabiskan anak bersama orang tua. Bahkan segala hal, anak harus dibantu oleh ayah dan ibunya. Ketika menginjak usia remaja, waktu kebersamaan anak dengan orang tua mulai berkurang. Oleh karenanya harus ada upaya dari orang tua untuk terus memperkuat kedekatan dengan anak remajanya.

Diawali dengan berprasangka baik kepada anak remajanya. Berprasangka baik kepada anak terhadap perilaku yang baik sesuatu yang mudah. Akan tetapi membangun prasangka baik terhadap anak yang berperilaku buruk terkadang ada keraguan untuk berprasangka baik. 

Apalagi jika anak remaja sedang tidak bersama orang tua, mereka rentan berada dalam kondisi lingkungan dan pertemanan remaja yang jauh dari Islam. Maka dari itu kita tidak bisa menyalahkan anak, banyak faktor-faktor seperti peran keluarga, teman, guru, lingkungan di rumahnya, pola asuh orang tua dan guru di sekolah yang ikut membentuk kepribadiannya. 

Oleh karena itu dalam kondisi apa pun, Islam memerintahkan setiap muslim selalu berprasangka baik kepada Allah dan sesama muslim, termasuk kepada anak sendiri. 

Sesuai hadits Riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda, ’’Sesungguhnya Allah berkata, ‘Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.’’ Karena itu orang tua tidak perlu ragu-ragu memberi kepercayaan kepada anak-anaknya sehingga lahir komunikasi yang baik dan nyaman, juga mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

Kemudian menghargai, mau memahami dan mengerti pendapat anak. Terkadang terjadi adu pendapat antara orang tua dengan anak, masing-masing mempertahankan dengan pendapatnya sendiri. Inilah yang harus dihindari. Bagaimana menghargai? Orang tua harus memahami fase tumbuh kembang anak sesuai usianya.

Dengan mengetahui fase ini, orang tua pun memahami perkembangan otak anak yang masih belum sempurna cara kerjanya. Sehingga orang tua bisa bersikap lebih dewasa dan bijak dalam memberikan respon. Orang tua juga harus berempati artinya orang tua bisa memposisikan dirinya sama dengan anak ketika anak sedang mengalami masalah.

Selanjutnya doa yang tidak henti dipanjatkan. Selalu mendoakan kebaikan bagi anak dan keluarga merupakan bagian dari keimanan. Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah bersabda, ’’Tiga doa yang tidak tertolak, yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa seorang musafir.’’ (HR. Al Baihaqi). Dan dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, ’’Tiga doa mustajab yang tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian (safar), dan doa baik orang tua kepada anaknya.’’ (HR. Ibnu Majah dan Abu Daud). Setiap doa yang disertai rasa sayang nan tulus akan dikabulkan doanya. Orang tua yang senantiasa menyebut nama anak-anaknya dalam doanya, akan terjalin hubungan yang kuat di antara mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline