Lihat ke Halaman Asli

Alah Mbuhlah

Diperbarui: 22 Desember 2024   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

gempuran angan-angan yang dipelihara dalam dadu-dadu sistematis digerakkan oleh kepala Sengkuni mungkin bisa membius dan bikin orang jual surat tanah, atau gadaikan bayi yang baru lahir

apalagi jika KTP sudah dicatat di mana-mana untuk beberapa hari napas yang berujung sesak ketika dering telepon berbunyi sahut-sahutan pada tanggal yang telah ditentukan, hingga sanak-sodara juga ikutan patungan nyebokin kotoran yang sudah lama belepotan, berkerak dalam otak

tiada pernah tahu kapan lunas, malah banyak bos-bos bertingkah bilang orang-orang nggak becus bekerja, hanya karena sungkan bayar pesangon

telor satu didadar bagi empat, rengek bayi pipis di lantai, token listrik juga ikut teriak-teriak sampai tetangga bangun,
pagi-pagi  yang punya rumah ikut menggedor pintu, butuh duit mau bayar sekolah anak,
menambah-nambah keributan ini

rapia mungkin bisa kita beli di warung dan lebih murah
ketimbang beli tambang

tapi itu bukan solusi, sebab tiap nyawa di negeri ini begitu berharga, kalau ada banyak yang bunuh diri, 

bisa berkurang pendapatan negara.

Pondok Ranggon, 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline