Lihat ke Halaman Asli

Bau

Diperbarui: 18 Oktober 2024   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah enam jam lamanya Pono berkutat di kamar mandi. Mulanya ia mencoba menggosok kulit tubuhnya dengan spons yang dipenuhi busa sabun, tapi busa-busa yang telah menutupi tubuhnya itu tak mampu merubah apapun. Bau tubuhnya tak jua kunjung hilang. Bau yang keluar dari tubuhnya itu begitu menyengat dan busuk. 

Ia merasa bahwa tubuhnya mengeluarkan aroma seperti sampah di tempat pembuangan sampah apartemen di lantai bawah. Ia terus menggosok dan menggosok kulitnya, hingga lecet, sementara setengah botol sabun cair sudah  digunakannya, namun tak jua mampu membuat bau itu hilang. Ia kemudian mencoba berendam dengan sisa sabun yang ada, sudah berjam-jam hingga tertidur saking lamanya, tapi bahkan wangi strawberry itu sama sekali tak membekas ditubuhnya.

Ia bangkit dan mengambil botol parfum di almari, dituangkannya pula botol parfum ke dalam bak mandi, tapi bau sampah itu tetap di sana. Tak berkurang barang sedikit. Padahal ia tetap dapat mencium wangi strawberry  bercampur parfum eropa itu dalam busa yang digenggamnya, namun bila ia menghirup bau tubuhnya, hidungnya seperti ditusuk obeng hingga berdarah. Bau sampah itu keluar terus dari tubuhnya.

"Barangkali spons ini tak mampu membersihkan apa-apa." Ucapnya pada dirinya sendiri.

Dengan kalap, diraihnya spons kawat pencuci piring, yang biasa digunakannya untuk menggosok kerak di penggorengan. Terus digosoknya kembali kulit tubuhnya, dan begitulah spons kawat itu menari-nari, berputar di kulitnya, masih dalam bak mandi, terus menggosok hingga kulitnya mengelupas dan kini  berdarah-darah. Luka-luka itu makin perih terkena sabun, Tapi, bau sampah itu tetap hadir mendekap erat tubuhnya, tak mau melepaskannya barang sejenak.

...

Hal itu bermula ketika ia terbangun dari tidurnya, Pono  merasa amat berkeringat, padahal suhu pendingin ruangan dalam kamar apartemennya sudah disetel enam belas derajat, tapi tetap saja panas dari dalam tubuhnya itu merayap memenuhi setiap urat, lalu mendidihkan darahnya, mengeluarkan banyak keringat. 

Rasanya kemudian keringat-keringat itu membuat tubuhnya begitu bau, bau yang amat busuk keluar begitu saja dari tubuhnya. Padahal ia tak menggunakan pakaian barang sehelaipun. Ia tidur dengan bertelanjang namun tak merubah apa-apa. Dibukanya tirai yang menutupi jendela, melihat hujan deras di luar. Awan gelap bergulung menutupi mentari. Tapi mengapa terasa panas begini? Batinnya dalam hati.

Awalnya dikiranya pendingin ruangan itu tidak berfungsi dengan benar. Akhirnya Pono mencoba menelepon tukang perbaikan. Ia menunggu beberapa waktu sambil berdiri di depan jendela yang terbuka, tapi masih tak terasa angin dingin menerpa tubuhnya.

Pono masih bertelanjang, sementara menunggu tukang datang, dibukanya pintu belakang, berdiri ia di balkon, sambil memandangi hujan yang begitu deras. Tapi mengapa tetap saja serasa mendidih darah di dalam urat-uratnya?

Sampai datang si tukang yang ditunggu, mengetuk pintu, dan terheran-heran melihatnya membuka pintu menutupi tubuhnya hanya dengan bercelana dalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline