Lihat ke Halaman Asli

09-10

Diperbarui: 18 Oktober 2023   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di negeriku, terik menyengat, keringat mengucur serupa roket-roket meluncur di langit Gaza

Menghajar kezaliman yang tak dapat lagi diperbincangkan dalam meja-meja

Wakil ku tak mendengar

Malah sibuk mengamini hutang, bancakan, bagi-bagi jatah demi keuntungan pribadi terus dikejar

Wakil ku sat-set,  bagai kapal-kapal perang menuju ke perbatasan

Respon untuk memperpanjang perbudakan

Inilah keringatku! Yang menetes di jalan-jalan

Bentuk perlawanan paling kongkret

Sebab nasib kita tak dapat digantungkan pada ritual colak-colok gambar partai maupun foto-foto penipu ulung saban beberapa tahun sekali

Apakah bisa minta pengayoman perkara perut lapar? Anak-anak kurang gizi, juga masa depan generasi? 

Sementara untuk mempertahankan sejengkal tanah yang diwariskan turun-temurun saja harus nyawa yang ditukar? O betapa mahal! 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline