Lihat ke Halaman Asli

Torpedo, Film Thor dan Esensi Hari Raya Akbar

Diperbarui: 11 Juli 2022   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Entah apakah karena Semplok doyan, atau memang karena mitos bahwa makan torpedo kambing bisa bikin dirinya itu layaknya Thor dengan palunya yang bisa manggil gledek.

Sugesti dari kata orang-orang kampungnya yang sebenarnya tak pernah jelas dibuktikan secara ilmiah, meski benar torpedo kambing memiliki kandungan testosteron, benar-benar bikin Sempok membayangkan dirinya itu bagai superhero jago Asgard yang bahkan dapat mengalahkan Zeus, dewa terkuat dan berhasil mengendalikan petir senjatanya Zeus, bahkan sempat  membuat dewi-dewi yang cantik jelita di singgasana Zeus mupeng karena melihat aurot dan keperkasaannya, seperti yang disaksikannya dalam film Thor : Love and Thunder pada malam sebelumnya bersama sang istri.

Maka tidak heran subuh-subuh Semplok sudah keramas. Sehabis torpedo kambing itu digoreng istrinya untuk hidangan makan malam, ia merasa darahnya benar-benar naik sampe ubun-ubun. Tegangan tinggi itu bikin istrinya benar-benar kesetrum, petir-petir yang dilayangkan Semplok pada tubuhnya itu sampai-sampai membuatnya terkulai lemas di ranjang, sementara Semplok masih yakin bahwa ia masih bisa memenangkan beberapa kali pertempuran lagi, tapi sang istri yang benar-benar terkejut dengan perbedaan suaminya itu, sudah keburu mengibarkan bendera putih.

Kok ndak kasihan sama Siti, istrinya yang sudah kepala empat itu. Sudah seminggu ini capek momong bocah anak bosnya, plus nyuci dan nyetrika, wiken ini mau melepas lelah, diajak nonton film, bukannya dipijiti, malah masih sempat-sempatnya dihajar tiga ronde juga. Biarpun ia patuh-patuh saja sebagai bentuk pengabdian pada suaminya, namun kadangkala  Beberapa kali terpikir olehnya, apa iya mesti merelakan suaminya itu kawin lagi saja. Batin belum bisa terima, meski tenaga sudah tak kuasa mengimbangi kebuasan suaminya.

Sejak siang sebelumnya, ketika jadi panitia kurban,  Semplok sudah sengaja memisahkan torpedo kambing itu buat dirinya sendiri. Memenangkannya dari Gemblong dan Beberapa kawan lainnya yang ikut jadi panitia yang akhirnya puas  menyimpan kepala atau bagian tubuh lain.

Padahal, Semplok juga tidak pernah mau cari tahu bahwa boleh tidaknya makan testis kambing itu sendiri masih jadi perdebatan. Seperti yang dikatakan dalam sebuah artikel nu online, menurut pendapat ulama dari kalangan madzhab Hanafi, setidaknya ada tujuh bagian yang diharamkan dari hewan yang halal dimakan seperti kambing, yaitu darah yang mengalir, alam kelamin, dua testis, kelamin betina, ghuddah, kemih, dan kandung empedu.

Semplok sendiri tidak peduli. Yang jelas, memang kebiasaan makan torpedo kambing ini sudah ditunggu-tunggu saban tahun. Ia ingin sekali meyakinkan istrinya bahwa meski sudah belasan tahun menikah, ia masihlah pria yang perkasa. Barangkali juga kepalanya berpikir seru juga kalau bisa jadi dewa-dewa yang kerjanya kawin sono-sini atau dikelilingi banyak dewi seperti diilustrasikan pada film yang ditontonnya itu.

Lha iya, lantas apa bedanya dirinya sama kambing? Bukankah kebinatangan dalam dirinya itu mesti dikurbankan dalam esensi hari raya akbar?  Yang terjadi, Semplok malah menjadikan momen  suci itu untuk membiarkan kebinatangannya terumbar-umbar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline