Lihat ke Halaman Asli

Candhikala dan Kuasanya

Diperbarui: 23 April 2021   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja yang begitu-begitu saja
Betapa singkat dan tak berbekas apa-apa
Ia berlalu
secepat kelam menelannya kemudian
Namun banyak mata tenggelam dalam decak kagum, lantas mengabadikannya dalam kata-kata

Ada yang larut mengguratkan pena seraya menangis tersedu
Ada yang memilih bercerita tentangnya dengan haru-biru
Ada yang berdiam dalam lamunan bayang-bayang
Mengorek luka-luka lama yang telah sembuh perlahan

Kesemuanya sama: muda-belia berpasrah s'bagai hamba-hamba
Memuja-muja candhikala dan tahtanya yang sedemikian singkat. Tak pernah sadar setan dan balatentaranya keluar dari sarangnya, yang membisik-bisikkan sebuah keputusasaan
Hingga merasuk dalam jiwa dan tiap tetes darahnya, dan detak dalam jantungnya
Terserap daya dan tenaga yang melimpah ruah itu, oleh kuasa  jingga yang fana, atau terkadang ungu yang dungu
Lantas dininabobokan malam
Tenggelam dalam muram
hingga tak pernah sempat melihat fajar datang.
Gairah hilang, terkubur dalam jeratan fatamorgana

April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline