Lihat ke Halaman Asli

Hujan Sore Hari

Diperbarui: 2 Maret 2021   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan sore hari ini begitu-begitu saja, kawan. Masih dingin dan basah.
Menyeruak aroma tanah yang bahagia selepas rekah dihantam kemarau panjang menyiksa
Sementara kau dan aku rebah
Jadi remah
Di antara hujaman rindu, rindu akan keadilan yang menggila

Masih ingatkah kau? Kita berbasah-basah di depan istana, diguyur hujan yang nampak bagai benteng penguasa.

Tapi batang hidungnya tak nampak, sore itu kawan, sampai malam kita menunggu. Hanya untuk meminta penjelasan.

Hujan sore itu tak membasahi kalbu-kalbu kita yang kering kerontang akibat sebuah kebijakan. Memilukan!

Apakah kau ingat kawan? Hujan yang begitu-begitu saja ini, selalu mengingatkanku pada sebuah unjuk rasa sia-sia

Saat kita menolak pulang dan asap-asap menghantam sesak dada kita. Membakar kulit kita, serupa harapan kita yang tak pernah ada gunanya, Sirna.

Hujan itu pula yang membuat bekas di dada kita.

Lantas kita digiring pulang di antara peluh dan putus asa.
Ke mana kita mengadu?
Di bawah langit seakan Tuhan tak punya kuasa, katamu.
Sementara tangis dan doa-doa kita serupa pengganggu bagi nyenyak nya tidur mereka.

Jakarta, Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline