Lihat ke Halaman Asli

Pemimpin Ideal Menurut Milenial: Semestinya Merakyat dan Anti-KKN

Diperbarui: 26 Maret 2019   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Revolusi generasi sepertinya sudah seharusnya dijalankan. Utamanya menyangkut masalah kesejahteraan. Kesejahteraan semacam apa yang diharapkan? Kewajiban siapa? Hakikatnya pada suatu negara adalah tugas sang pemimpin. Pemimpin yang selayaknya mampu memberikan kontribusi positif buat negara, nusa dan bangsa tentunya. Bukan hanya mengedepankan sebuah titel, pangkat dan jabatan saja. Sebagai insan millennial, ada pandangan untuk pemimpin ideal. Seperti apa? 

Pemimpin ternyata terdapat banyak makna yang harus dipahami. Menurut para ahli, pemimpin dimaksudkan sebagai sebuah jabatan yang mana menjadi seorang kepala dari sekumpulan orang yang berada pada komunitas tertentu. Pemimpin tidak hanya sekadar memimpin beberapa orang, tetapi juga harus berani menanggung semua risiko yang mungkin saja menimpa komunitas yang dipimpinnya.

Menurut Henry Pratt Faiechild, pemimpin adalah seorang yang memprakarsai tingkah laku social dengan mengatur, mengarahkan dan mengontrol usaha atau upaya orang lain melalui kekuasaan dan posisi. Menurut Ahmad Rusli, pemimpin adalah individu yang diamanahkan memimpin pengikutnya untuk mencapai matlamat yang ditetapkan. Menurut Kenry Pratt Fairchild, pemimpin arti luas adalah seorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif masyarakat secara mengarahkan, mengorganisasi atau mengawasi usaha orang lain, baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan. Pemimpin arti sempit adalah seseorang yang memimpin dengan alat yang menyakinkan sehingga para pengikut menerimanya secara sukarela. 

Menurut Miftha Thoha, pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Menurut Kartini Kartono, pemimpin adalah pribadi yang mempunyai kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan aktivitas tertentu demi suatu tujuan. 

Menurut Redi, pemimpin adalah seseorang yang menjadi titik pusat yang mengintegrasikan kelompok. Menurut C. N. Cooley, pemimpin adalah titik pusat dari suatu kecenderungan gerakan social. Menurut Dr. Phil. Astrid S. Susanto, pemimpin adalah orang yang memiliki pengaruh orang banyak. Menurut John Gage Allee, pemimpin adalah pemandu, petunjuk, penuntun atau komandan. Menurut J.I. Brown, pemimpin adalah suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi di bidangnya.

Dunia kepemimpinan biasanya berkaitan dengan adanya pelaksanaan oleh bawahannya. Seringkali diwarnai kesewenang -- wenangan dan KKN. Tidak adanya sifat merakyat. Berdasarkan survey yang dipublikasikan oleh theconversation.com, Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat korupsi yang sangat tinggi dan lamban dalam pengentasan. Penelitian baru berkembang setelah tahun 2010. Banyak dilakukan praktik memberikan akses dan fasilitas istimewa kepada keluarga, teman dan perseorangan. Kemudian menghasilkan keputusan yang tidak berimbang, perlakuan tidak adil dan merusak kinerja perusahaan dalam jangka panjang. 

Selain itu, juga menunjukkan bahwa menyebabkan kehilangan motivasi, kepercayaan diri, keterasingan, menyingkirkan karyawan yang memiliki keterampilan yang tinggi, membatasi persaingan dan inovasi. Dampaknya bisa pada fondasi pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Korupsi dapat diartikan kekuasaan untuk tujuan pribadi. Sedangkan nepotisme diartikan penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan golongan tertentu dan biasanya dimotivasi oleh keserakahan pribadi. Melakukan KKN berarti sama saja ingin memiliki yang bukan haknya. Sama saja nantinya tidak akan bisa bersikap adil dalam memberikan hak dan kewajiban pada siapa saja. Ada kecondongan tebang pilih.

Sisi lain dalam kepemimpinan adalah kesewenang -- wenangan. Dimaksudkan seringkali terjadi penindasan pada kaum menengah ke bawah dalam berbagai hal. Diantaranya peraturan yang dibuat, tunjangan kesehatan, tunjungan pendidikan dan sebagainya. Ini sama halnya tidak merakyat. Seolah ada tingkat level tertentu. Membatasi diri.

Sebenarnya pemimpin ideal menurut millennial adalah pemimpin yang bisa merakyat alias berbaur dengan rakyat, lebih popular dengan kata masyarakat dan anti KKN. Merakyat bisa diartikan bahwa mau terjun langsung ke lapangan untuk studi banding atau studi kasus yang terjadi didalam siklus perjalanan masyarakat. Tidak membedakan antara golongan menengah ke atas dan golongan menengah ke bawah. Banyak dampak buruk dialami apabila seorang pemimpin tidak bisa merakyat dan tidak anti KKN. Terlebih dalam hal KKN pun sudah diatur dalam peraturan yang belaku dalam perundang -- undangan seperti tercantum dalam Undang -- Undang no 30 tahun 2014, sehingga apabila terjerat hukum maka akan ternoda citra, baik citra pribadi maupun masyarakat yang dibawa namanya untuk suatu kemenangan dalam pemilihan kepemimpinan. Maka pemimpin ideal menurut millennial; semestinya merakyat dan anti KKN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline