Lihat ke Halaman Asli

Navicula dan Gerakan 'Hijau'

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Navicula

Bicara musik, maka akan bicara warna. Bicara warna, maka akan bicara selera. Semua hal tersebut akan saling melengkapi, memiliki korelasi dan akhirnya akan menemui konklusi. Warna dan selera bukanlah hal yang tidak penting bagi pecinta musik. Seseorang yang memiliki idealisme dalam pemilihan musik, tentu saja akan membawa idealisme tersebut dalam hidup dan mengaplikasikannya.

Seperti halnya Navicula. Band asal Pulau Dewata yang didirikan sejak tahun '96 lalu, sampai sekarang masih bisa tetap berdiri. Band yang mengusung tema-tema yang umum namun di-tabu-kan oleh masyarakat Indonesia. Hal yang kecil, yang nyaris terlupakan. Dan ini adalah satu kelebihan dari lagu-lagu milik Navicula, di samping musikalitasnya.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Navicula"][/caption]

Navicula mengusung tema-tema yang sarat akan pemanasan global dan kehidupan sosial yang terkini di Indonesia. Band asal Bali ini, mencoba mengajak orang-orang untuk bernyanyi sekaligus menyuarakan, "Hei, bumi kita ini kan makin panas lho?!". Tidak hanya sekedar moshing dancapek saja, tapi juga dalam setiap hati para pendengarnya, akan tertanam lirik yang membangun dan memotivasi diri.

Beberapa lagu seperti "Zat Hijau Daun", "Metropolutan", "Supermarket Bencana", termasuk contoh lagu yang sarat sentilan akan kondisi bumi sekarang ini. Banyak juga isu-isu sosial Indonesia yang diangkat oleh Navicula, seperti kasus Prita yang dirangkum dalam lagu berjudul "Mafia Medis". Isu terorisme yang sempat marak dibicarakan di setiap sudut kota karena aksi bom bunuh diri juga dirangkum dalam lagu "Budi Si Berani Mati". Semua ini sarat akan sentilan-sentilan akan realitas yang terjadi di negara kita.

Yang baru-baru ini diangkat adalah tentang orang utan. Sebagai wujud dukungan terhadap pelestarian lingkungan dan mencoba mengetuk sisi hati nurani para pelaku pengrusakan hutan yang menyebabkan punahnya satwa liar di Indonesia. Lagu ini didedikasikan untuk semua orang dan untuk anak cucu kita nantinya, agar mereka tidak bertanya-tanya tentang eksistensi orang utan ketika dewasa nanti.

Yang perlu ditekankan adalah, tak peduli siapa anda, cobalah berkontribusi. Apakah penulis, musisi, jurnalis, fotografer, atau orang biasa saja, berkontribusilah terhadap hal-hal yang merugikan kalian. Bicaralah dan menjadi frontal, karena negara ini sudah bebas aspirasi. Demi diri anda sendiri dan demi semua yang ada di negara tercinta. Kalau nyatanya tak bisa peka, cobalah melihat sisi-sisi di bawah dan kanan-kiri anda, agar bisa melihat dengan perspektif yang berbeda.

Gerakan hijau dari Navicula ini, selayaknya sudah bisa diaplikasikan oleh kita semua. Mau suka lagunya, mau tidak, cobalah dengar selintas dan pahami. Nantinya, akan timbul empati dari diri sendiri atas realitas yang diangkat itu.  Saya sendiri pun begitu. Dari musik dan buku, mencoba untuk memunculkan empati, meski belum begitu berarti. [Ayu]

*untuk mengetahui tentang Navicula, kunjungi saja situsnya di sini: http://www.naviculamusic.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline