Lihat ke Halaman Asli

Kelompok 60 KKN UNDIP: Mengulik Sejarah Desa dan Menggali Potensi Desa Kalibanteng Kulon

Diperbarui: 10 Agustus 2022   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Semarang, Senin (08/08/2022). Salah satu mahasiswa KKN Universitas Diponegoro melakukan sosialisasi edukasi mengenai sejarah desa Kalibanteng Kulon kepada warga, tokoh masyarakat dan juga mahasiswa KKN yang lain di Kelurahan Kalibanteng Kulon. 

Desa Kalibanteng Kulon itu sendiri merupakan desa yang terletak di sebelah barat Kota Semarang dan merupakan daerah yang dekat dengan Pantura.

Ayu (21) memperkenalkan sejarah desa Kalibanteng Kulon sebagai salah satu bentuk dari upaya perwujudan Sustainable Development Goals atau SDGs point 4 (Quality Education).

Kelurahan Kalibanteng Kulon memiliki 6 RW yang terdiri dari 48 RT. Saat ini Kelurahan Kalibanteng Kulon dipimpin oleh Bapak Sukri, S.H dan dibantu oleh perangkat kelurahan lainnya.

Asal nama Kalibanteng Kulon didasarkan pada cerita rakyat yang awalnya terdapat dua sungai yaitu sungai atau kali Silandak dan Siangker. kedua sungai tersebut dahulu sering digunakan oleh warga secara beramai-ramai untuk memandikan binatang peliharaannya yaitu kerbau atau sapi banteng. 

Pada paruh kedua tahun 1970. Di Kelurahan muncul kompleks lokalisasi di daerah Jalan Sri Kuncoro yang dahulunya merupakan tempat prostitusi tetapi setelah tahun 2019 tempat tersebut dialokasikan sebagai tempat karaoke dan bebas prostitusi. 

Selain itu terdapat bukti-bukti bahwa daratan rendah dulu bekas pantai yakni ditemukan rantai besi besar untuk tali jangkar yang pernah ditemukan dan terikat di pohon asam dekat makam Mbah Banteng Wareng di RW 4.

Terdapat potensi yang dikembangkan di wilayah Kalibanteng Kulon seperti tempat wisata religi seperti Makam Sun Koen Ing dan Makam Belanda Cercoove. Selain itu juga terdapat tempat hiburan karaoke yang dapat menunjang pendapatan warga lokal.

Adanya Sejarah Desa Kalibanteng Kulon ini berguna untuk masyarakat yang belum mengenal lebih dekat mengenai desanya sendiri. Sesuai dengan survei yang dilakukan penulis masih banyak masyarakat yang tidak tahu bagaimana nama desa tersebut tercetus.

Atas dasar latar belakang tersebut, mendorong Ayu (21) untuk memperkenalkan sejarah dari Desa Kalibanteng Kulon ini kepada masyarakat yang berkunjung di Kelurahan Kalibanteng Kulon. Ayu melakukan edukasi dan sosialisasi secara langsung kepada warga melalui metode IPTEKS sederhana yang menggunakan Standing Banner. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline