Lihat ke Halaman Asli

Ayu Shella

Udah sembuh belum, Yu? Belum, gilaku makin menjadi.

Hukum Rimba

Diperbarui: 15 Maret 2019   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah hampir dua bulan sang pemuka agama meninggalkan dunia ini. Sudah hampir dua bulan juga kemaksiatan semakin merajalela di daerah tersebut.

Bukan mabuk-mabukan, bukan perjudian, bukan tinda kriminal berupa penganiyaan tetapi pelecehan keagamaan yang terkadang tidak disadari oleh kalangan awam. Hal ini sudah lama terjadi, hanya saja sekarang mereka lebih bebas melakukan sesukanya karena bagi mereka tidak ada lagi penghalang.

Ya, penghalangnya sudah tiada yaitu Abu-sebutan untuk orang bepengetahuan agama tinggi di daerah itu.

Dulunya setiap hukum atau sesuatu yang akan dilakukan akan meminta izin atau nasihat dari Abu. Mereka akan melaksanakan apapun yang akan dikatakan oleh Abu. Jika mereka melanggar kemalangan akan menimpa mereka. Karena mereka menganggap keputusan orang Alim selalu berdasarkan ilmu bukan berdasarkan nafsu.

Abu banyak menjabat sebagai organisasi yang berbau agama maupun pemerintahan. Bahkan beliau dijadikan penasehat disetiap kegiatan yang dilakukan daerah tersebut.

"hari ini kita akan rapat mengenai pembangunan mesjid yang tidak selesai-selasai" ucap Raqih, ia sebagai ketua rapat kali ini.

"ya iyalah tidak selesai. Dana saja tidak cukup" cemooh Karud. Karud adalah bendahara pada kegiatan pembangunan mesjid. Dia memgang kendali penuh masalah keuangan, baik itu uang keluar maupun uang masuk.

"berikut ini saya akan membacakan struktur pembangunan mesjid ini" ucap imam

"cepat sedikit, saya masih punya banyak kegiatan malam ini" ungkap seseorang sembari terus mengesekan benda pipih yang disebut android itu. Ia telihat malas untuk mengikuti rapat. Dia bukan seorang memiliki jabatan. Hanya saja ia memiliki kedududk tersendiri disetiap bidang pemerintahan di daerah tersebut.

Ia seorang yang berkuasa. Ia tidak bisa membaca tetapi ia bisa memerintah orang yang sudah jadi sarjana. Ia tidak bisa berhitung tetapi ia punya banyak uang yang selalu bisa ia hitung dengan tepat. Ia dijuluki "umpang karu" karena ia sering mengadu domba orang lain.

Kiprahnya sangat diperhitungkan. Semua penjabat daerah tunduk padanya. Hanya Abu yang ia segani dan setelah kepergian Abu ia menjadi orang yang sangat ditakuti di daerah tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline