Menjadi bimbang saat harus memilih menjadi ibu rumah tangga seutuhnya atau menjadi ibu pekerja adalah hal yang wajar. Kedua pilihan ini membutuhkan pertimbangan yang juga tidak mudah. Setiap istri perlu menyampaikan keinginannya untuk bekerja kepada pasangannya.
Marak sekali terjadi cekcok di dalam rumah tangga hanya karena komunikasi yang tidak baik antara suami istri disebabkan status istri yang bekerja. Untuk menghindari hal ini, membangun komunikasi intensif adalah kunci utama untuk merencanakan juga bagaimana dengan pengasuhan si kecil nantinya.
Pertimbangkan hal-hal berikut ini untuk menjadi seorang ibu pekerja,
1. "Salahkah menjadi ibu pekerja?" Tentu saja tidak.
Pekerjaan memerlukan profesionalisme, kita dituntut untuk mengikuti peraturan terkait jam bekerja. Kekhawatiran yang timbul selanjutnya adalah bagaimana seorang ibu pekerja membagi waktu antara pekerjaan dan urusan keluarga termasuk merawat si kecil? Berikut tipsnya:
1. Pastikan jam kerjamu tidak menyita habis waktumu hanya untuk pekerjaan.
2. Pilihlah pekerjaan dengan jam pulang maksimal pada sore hari.
Berikan waktumu juga untuk keluarga. Si kecil membutuhkan kehadiran sosok seorang ibu yang mindfulness di rumah, fokus padanya dengan memaksimalkan waktu yang berkualitas.
Jika pekerjaan menuntutmu untuk bekerja dengan seluruh waktumu, pikirkan kembali bahwa, "Perkembangan si kecil hanya sekali dan tidak dapat diulang".
Jangan biarkan ia kehilangan sosok dan kekurangan kasih sayang darimu sebagai seorang ibu. Hal ini tentu saja berdampak terhadap perkembangan aspek sosial emosional si kecil.
2. "Aku sibuk di kantor, aku lelah."