Lihat ke Halaman Asli

Cahaya Kehidupanku

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

18 November 1976…..

Cahaya kehidupanku terlahir ke dunia…

Aku tak begitu tahu bagaimana ia tumbuh dewasa, namun yang ku tahu pasti ia telah tumbuh menjadi wanita luar biasa. Aku pun tak begitu tahu bagaimana ia bisa, padahal ia hanya tamatan sekolah dasar, belajar pun tak sampai aljabar apalagi trigonometri, tapi yang ku tahu pasti ia adalah wanita sukses yang pernah ku temui.

Perawakannya memang berubah dari waktu ke waktu, menua dan menua. Tapi ia tak terlihat seperti wanita berusia 37 tahun. Ia nampak masih muda. Tampilannya yang begitu sederhana, mampu memikat pria hebat yang kini selalu berada disampingnya selama kurang lebih 17 tahun. Tutur katanya yang lembut, penuh kasih sayang, meskipun terkadang bicara banyak, namun perkataannya adalah cinta yang bertebaran. Dari mulut sampai ke telinga, dari telinga sampai ke hati….

Wanita ini, dialah yang memnculkan aku ke muka bumi ini. Dia yang mengenalkan aku tentang dunia, tentang hidup, dan apa-siapa itu Tuhan. Dari sejak aku berada dalam buaian, hingga aku kini beranjak dewasa, ia amat berjasa. Berlian, permata, emas, intan, dan beragam mineral atau batuan mulia apapun yg berharga tinggi lainnya, aku rasa jauh sekali bandingannya dengan makhluk terindah Tuhan yang satu ini.

Tuhan ciptakan ia dengan sempurna, lengkap dengan akal dan fungsi hati yang baik. Ia gunakan hidupnya untuk mengabdi pada-Nya. Berbakti pada suami, hormat pada ayah-ibunya, penyayang pada anak-anaknya.

Sesekali pernah aku terenyuh, hatiku meleleh, ketika ku lihat ketika malam tengah berada dimasa 1/3 nya, aku pandangi wanita yang tertidur diatas sejadah dengan kitab suci yang dipeganginya. Berbalut mukena oranye, matanya tertutup cantik sekali. Betapa, makhluk Tuhan yang satu ini.

Aku pun segera bergegas berwudhu dan melakukan shalat malam seperti apa yang ia kerjakan. Aku malu kalau sampai aku tak seperti dia. Aku bagai mendapat ilham dari wanita ini. Semenjak peristiwa itu, aku jadi selalu menyempatkan waktu untuk bangun di1/3 malam untuk menemui Tuhanku.

Cahaya kehidupanku….. mengajariku bagaimana caranya hidup. Penerang jalan hidupku. Sekaligus pengawas, pembimbing, dan penyejuk hati ketika aku haus kasih. Lelah dengan dunia,lena akan kemolekannya.

Cahaya kehidupanku….. usiamu makin tua. Tapi ku harap, cahayamu tak kian meredup. Kau akan tetap bersinar. Terangi kami anak-anakmu. Salurkan hangatmu padaku, pada adikku… kau pelita cintaku. Cinta sejati yang denyut jantungmu adalah denyut jantungku. Nafasmu adalah nafasku jua. Kita adalah satu tubuh. Aku bagian daripadamu, dan kau adalah bagian daripadaku. Aku adalah darah dagingmu. Bahagiamu adalah bahagiaku. Sedihmu adalah sedihku. Tawa candamu khas berikan warna pada hidupku, jiwaku akan selalu rindukan nasehat manis dari bibirmu, hatiku akan selalu impikan belaian kasihmu. Dan diriku, akan selalu butuhkan kehadiranmu.

Siti Nurhayati, sesuai namamu… kau memang Cahaya Kehidupanku….

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline