Lihat ke Halaman Asli

Dekat, Lebih Baik

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Telinga akan mendengarkan mulut yg lebih dekat.”

Paham maksudnya?

Kecenderungan orang-orang, akan lebih mendengarkan, mengikuti nasehat, dan menerima apa yg dibicarakan oleh orang yang lebih dekat dengan dia. Mungkin karena faktor kepercayaan,  sehingga kedekatan itu amat berpengaruh.

Ketika orang yang kurang dekat dengan kita atau bahkan tidak dekat dengan kita, memberikan nasehat atau teguran secara tiba-tiba, maka apa yg terbayang respon nya? Mungkin seminimal mungkin dalam hati berpikir, “emang siapa sih kamu? Kenal aja engga.” Atau kalau memang kenal, “maksudnya apaan sih tiba-tiba ngomong gitu? Emang dia tahu apa?”

Nah, yg jadi permasalahannya sekarang adalah, “CARA”. Bisa dibilang metode, dalam MENASEHATI.

Begini, saya sesuaikan saja dengan pengalaman saya. Pernah, suatu ketika saya berbuat kesalahan. Kesalahan yg cukup fatal, sehingga berdampak ke segalanya. Pergaulan saya, nilai-nilai sekolah saya,  organisasi saya, sampai hubungan saya dengan orangtua. Saya baru sadar saya ‘bermasalah’, ketika orang terdekat saya menasehati. Walau pada awalnya, saya enggan sekali mendengarkan apa yg ia katakan, setelah sekian lama saya tidak berjumpa, saya merasa kurang nyaman dengannya, mungkin akibat dari ‘kesalahan mind & soul sett’ saya. Saya benar-benar sadari sekian bulan saya futur iman. Ibadah saya jadi kurang, dibebankan banyak sekali tugas, pulang sering malam, organisasi terabaikan, nilai-nilai turun sekali, sulit fokus belajar, semua itu mengapa bisa terjadi?

Jawabannya hanya satu: saya tidak sedang mendekati Allah.

Saya amat jengkel, kesal jika ada orang yg tiba-tiba menasehati saya, karena saya pikir, mereka tidak tau ‘kejadian yg sebenarnya’, mereka tidak tahu ‘siapa saya sebenarnya’, saya sampai-sampai menganggap mereka tidak mengenal saya dengan baik. Egois saya mencuat disana.  Astagfirullah….

Hingga, pada suatu hari, saat kajian islam rutin hari minggu saya datangi. Seperti biasa, sebelum dimulai kami seringkali berbincang-bincang mengenai keseharian kami masing-masing, bisa jadi itu masalah, kendala dakwah, pengumuman atau hal-hal ringan namun penting lainnya.

Guru saya, menyinggung sedikit soal tujuan hidup kita sebagai muslim, identitas kita sebagai muslimah, keterikatan kita dgn hukum syara’, dan terutama tentang suasana keimanan…..

Saya sampai berbicara lirih, “iya sih teh, akhir-akhir ini juga ayu ngerasa sedang turun. Drastis malah.” (saya mulai meluruh, pintu kesadaran mulai terbuka) Saya pun mulai merenung… Bukan satu waktu itu saja. Namun, hampir setiap hari!!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline