Lihat ke Halaman Asli

Nabung Pohon di Jakarta Pinggiran

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pohon, mungkin Kami merindukan mereka. Terkadang Kami iri juga pada warga yang tinggal di daerah yang pepohonannya rindang, warga yang bebas menghirup udara bersih yang Kami rindukan.

Ah ya… Kami warga Jakarta pinggiran. Rumah-rumah mungil Kami berdiri diatas tumpukan sampah padat yang menjulang sekitar satu setengah meter dari tanah aslinya. Kami warga Ibukota pinggiran yang hampir setiap hari menghirup udara asap bakaran sampah yang dibakar setiap enam jam sekali.

Pohon, Kami merindukan makhluk hidup ciptaan Allah itu. Tapi saat kami memikirkan hal itu, lahan tempat tinggal Kami yang tak memungkinkan memelihara mereka yang menjadi kendala. Apalagi sekitar sepuluh tahun terakhir, hutan bakau di perairan payau yang tak jauh dari tempat tinggal Kami yang dahulu tempat Kami bermain bersama anak-anak Kami, seolah-olah direnggut begitu saja oleh para Konglomerat yang tak mengerti betapa Kami mencintai pepohonan itu untuk masa depan anak-anak Kami. Yah, mereka menyulapnya menjadi perumahan mewah tempat berkumpulnya kaum kaya dan sejenisnya. Marah? Tentu saja Kami marah. Tapi marahnya Kami hanya sedikit mengutuk mereka saja yang tak mengerti perasaan kami. Pohon Kami direnggut, Daerah resapan air pun di tutup. Kami marah tanpa daya.

Tapi mata jernih Kami masih bisa menatap mimpi tanpa mempedulikan amarah kami sepuluh tahun terakhir ini. Amarah hanya akan menghasilkan kemarau hati yang berkepanjangan. Saat kami memikirkan kembali lahan untuk menabung pohon-pohon yang akan menjadi jantung anak-anak kami di masa depan, maka lahan kami adalah kaleng-kaleng dan ember plastik bekas yang kami pungut di tumpukan sampah tempat berdirinya rumah-rumah mungil Kami. Kaleng-kaleng dan ember plastik bekas itu kami isikan tanah dan Kami tanami berbagai jenis tanaman. Setidaknya, Kami terus berusaha menabung bakal pohon untuk anak-anak Kami, walau Kami sendiri tidak punya lahan untuk kehidupan para pohon yang Kami rindukan itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline