Lihat ke Halaman Asli

Makan Makanan yang Dibakar Menyebabkan Cancer

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Apakah anda sering mengkonsumsi makanan yang dibakar?

Mulai dari sekarang, kurangi konsumsi makanan yang diolah dengan cara dibakar.

Karena konsumsi makanan yang dibakar akan memicu terjadinya penyakit kanker. Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Ronald A. Hukom, MHSc, SpPD-KHOM, dari Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, beliau mengatakan bahwa, walaupun waktu perkembangan sel – sel kanker menjadi tumor membutuhkan waktu yang lama bukan berarti seseorang menyepelekan hal yang bisa beresiko memicu penyakit kanker. Dan salah satu contohnya adalah dengan tidak terlalu sering mengkonsumsi makanan yang diolah dengan cara dibakar. Karena pengolahan makanan yang dilakukan melalui pembakaran itu dapat menyebabkan penyakit kanker pada bagian kerongkongan.

Memakan makanan yang dibakar seperti sate atau yang lainnya biasanya dengan proses pembakaran tidak sempurna yang dapat memicu penyakit kanker. Umumnya kanker pencernaan bagian atas, seperti kerongkongan dan kanker lambung. Kanker ini bisa terjadi karena ada 2 jenis senyawa penyebab kanker yang bisa terbentuk selama proses pemanggangan makanan, yaitu hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH) dan amino heterosiklik (HCA). Tetapi, seseorang bisa menghilangkan PAH-nya dengan membuang bagian yang dibakar pada makanan tersebut (bagian yang gosong).

Dr. Ronald juga menyarankan untuk tidak membiasakan memakan makanan yang panas seperti bakmie dan sup seperti yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang. Karena hal itu juga bisa menyebabkan seseorang terkena kanker.
Jadi, mulai dari sekarang anda harus memperhatikan proses pematangan masakan yang anda makan. Anda harus membatasi pematangan makanan yang dibakar untuk mencegah terjadinya kanker.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline