Jejak Kerajaan Sriwijaya di Bukit Siguntang
Di Bukit Siguntangpukul 10.30 Wib. Tetes demi tetes butiran kecil dari langit menghampiri dataran berbukit itu.Siguntang, tinggi antara 29-30 meter dari permukaan laut terletak sekitar 3 Km dari tepian utara Sungai Musi, masuk dalam wilayah Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Di Area sekitar 16 Hektar, bersampingan dua gerbang tempat lalu lalang kendaraan keluar masuk dengan satu loket dipenuhi oleh puluhan pengunjung yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak. Mereka berkumpul dengan membentuk satu baris lurus ke belakang untuk mendapatkan tiket masuk seharga Rp. 2.000 per orang.
Jangan kawatir jika lupa membawa air minum karena di lingkungan Bukit Siguntang banyak terdapat penduduk lokal menjajakan barang dagangannya seperti pempek, makanan olahan ikan digiling dengan campuran terigu dan bumbu lain, pempek merupakan kuliner khas Palembang. Pengunjung berdatangan terdiri dari penduduk lokal maupun luar daerah sengaja datang ke Palembang menyaksikan secara langsung bukit Siguntang bagian sejarah kerajaan Sriwijaya.
Bukit Siguntang merupakan tujuan wisata Kota Palembang. Selain Jembatan Ampera dan Pulau Kemaro bejarak 5,2 Km, ditempuh 30 menit menggunakan mobil.
Jalan setapak menuju bukit, ditumbuhi puluhan pohon rindang berjejer tak beraturan berdiri kokoh, tinggi mencapai atap rumah lantai dua ditemani dengan puluhan batu hitam sebesar gajah dewasa bertatahkan lumut hijau pekat. Selang beberapa meter dari pemandangan menghijau tadi tampaklah beberapa pondokan kecil, atap berwarna hitam, lantai keramik putih berbatunisan dan sedikit tanah diatas sebuah kayu bercat hitam, dari semua pondokan-pondokan tersebut dengan masing-masing diberi nama dan gelar kerajaan.
Selain makam, pohon dan bebatuan besar, disana juga terdapat batu ukiran berwarna hitam bergambar kerajaan Sriwijaya dengan terukir bahasa Sanskerta,berumur lebih dari setengah abad dan menurut sumber juru kunci disana, belum dapat diterjemahkan hingga sekarang.
Di dalam salah satu pondokan makam bertuliskan Putri Kembang Dadar tampak seorang lelaki paruh baya duduk besila menyandarkan tubuhnya ke dinding berjarak satu meter dari susunan keramik hitam berukir nama Putri Kembang Dadar.
Masuk lebih kedalam lingkungan perbukitan, pengunjung akan menemukan menara Pandang terletak tepat di tengah-tengah Bukit Siguntang, tinggi mencapai bata pohon kelapa, tempat umat Buddha melaksanakan ibadah Hari besar. Dari menara ini akan terlihat jelas pemandangan disekitar bukit dan pemandangan kota Palembang.
Pada bagian yang lain juga terdapat relief-relief yang menginformasikan tentang banyak hal, seorang pendeta yang sedang belajar agama Buddha, prasasti pendirian kerajaan Sriwijaya, suasana menggambarkan kemakmuran pada masa kerajaan Sriwijaya, kapal Sriwijaya yang melambangkan kekuasaannya diatas laut, hingga cerita tentang penumpasan bajak laut oleh Laksamana Chengho dan pasukan diperairan sungai Musi.
Bukit Siguntang gundukan tanah paling menonjol di dataran kota Palembang, dipercaya sebagaimakam keturunan Kerajaan Sriwijaya, kawasaninidianggap suci dari abad 14-17.Terdapat pula tujuh makam yaitu Raja Sigentar Alam, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako artinya rambut keemas-emasan sebagaimana keturunan barat. Nama aslinya Putri Damar Kencana Wungsu, kononberasal dari keraton Yogyakarta, Prabu Prawidjaya