Lihat ke Halaman Asli

Ketika Aku Disebut Anak Pembawa Sial

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

menangis itu yang bisa aku lakukan ketika aku di sebut anak pembawa sial,aku tak tau kenapa semua menyebutku begitu,semua orang membenciku,menjauhiku,menghujadku,merendahkanku dan mengucilkanku.saat itulah aku putuskan untuk pergi jauh dari rumah,sekolah ku abaikan dan aku merasakan hidup sendiri,sangat tidak nyaman jauh dari kampung halaman,sendiri seperti tak punya rumah,tidur di tempat yang tak layak dan berbaur dengan para gelandangan,tapi di situlah aku mengerti arti hidup,ternyata masih ada yang lebih menderita dariku,setelah berbulan-bulan aku pergi,aku coba untuk kembali ke kampung halaman tapi yang aku rasakan masih sama,ingin rasanya aku teriak dan berontak tapi mulutku seperti terkunci,hanya sujud dan doa yang membuatku sabar sampai saat ini,meski semua jauh tapi aku merasa dekat dengan Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline