Lihat ke Halaman Asli

KDRT Terus Bermunculan, Butuh Islam Sebagai Penuntun

Diperbarui: 27 Agustus 2024   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Canva

Terjadinya kasus KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) menunjukkan rapuhnya bangunan keluarga. Ketahanan keluarga terkoyak sehingga tidak kokoh lagi. Satu benang merah dari beberapa faktor penyebab KDRT adalah telah hilangnya fungsi perlindungan keluarga. Lantas bagaimana solusi yang dapat mengatasinya?

Kasus KDRT tidak mandang bulu, bukan hanya kalangan keluarga yang lemah perekonomiannya, publik figur saja juga turut menambah daftar kasus KDRT di negeri ini. Seorang selebgram Cut Intan Nabila mengalami KDRT oleh suaminya. Pada Selasa, 13  Agustus 2024 melalui akun Instagramnya ia mengunggah rekaman video CCTV yang terlihat Cut Intan Nabila dan suaminya cekcok dan berujung aksi kekerasan. Sang suami Armor Toreador memukul Cut Intan berkali-Kali hingga bayi mereka turut terkena tendang oleh Armor. 

Caption dalam unggahan tersebut menceritakan bahwa Cut Intan Nabila seorang ibu dari tiga anak, ia berumah tangga selama lima tahun ini sering mengalami KDRT yang dibuktikan dengan rekaman video CCTV. Cut Intan Nabila mengungkapkan sebenarnya ia tidak ingin memperlihatkan aib keluarganya tetapi kini sudah tidak tahan dengan perlakuan sang suami.

Rapuhnya Ketahanan Keluarga

Meningkatnya KDRT menunjukkan rapuhnya ketahanan keluarga hari ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempat yang paling aman dan nyaman malah menjadi tempat yang menakutkan untuk anggota keluarga. Figur ayah, suami, kakek layaknya hero dalam keluarga, bekerja supaya anak istrinya tidak kelaparan, memberikan tempat tinggal untuk melindungi anak istri dari panas dan hujan, serta mendidik anak istri supaya terhindar dari kebodohan dan kejahatan. Namun, kini fungsi perlindungan itu kian menguap, justru berubah layaknya monster yang melakukan kekerasan dalam keluarganya.

Akar Permasalahan

Penerapan sistem ekonomi kapitalisme menjadikan hilangnya peran Riayah (kepengurusan) dalam negara, sehingga rakyat satu sama lain bersaing hanya untuk bertahan hidup. Problem ekonomi sebab biaya-biaya kian membengkak. Biaya pendidikan, kesehatan, dan lainnya tidak dijamin oleh negara, melainkan harus ditanggung sendiri dengan biaya mahal. Belum lagi dipotong pajak dan pungutan lainnya. Bagaimana tidak membuat stres, depresi dan bahkan rawan konflik keluarga.

Cengkraman sekulerisme membuat keluarga dan masyarakat semakin jauh dari agama. Pergaulan laki-laki dan perempuan seakan bebas tanpa ada aturan agama hingga mudah sekali menimbulkan perselingkuhan yang berakhir KDRT. Gaya hidup hedonis menjadikan manusia bebas melakukan apa yang mereka inginkan demi mengejar kesenangan, tanpa memperdulikan standar halal dan haramnya.

Disamping itu, seorang Qawam (Pemimpin) dalam keluarga harus paham syar'iat Islam. Keselamatan keluarganya dari api neraka tergantung Qawamnya. Demikian karena jika keluarganya melakukan perbuatan yang melanggar aturan Allah, Qawam yang paham akan meluruskan keluarganya. Namun, jika seorang Qawam tidak paham, apapun yang diperbuat kelurganya akan dibiarkan.

Solusi Semu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline