Lihat ke Halaman Asli

Ayu Novita Pramesti

penggemar tahu, kucing, dan buku

Belajar dari AR Baswedan

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/75/AR-Baswedan.png

 

Alhamdulillah, pada tanggal 3 Juni 2015 lalu UIN Syarif Hidayatullah, saya bisa mengenal lebih dekat seorang AR Baswedan langsung dari Bapak Anies Baswedan, cucunya yang kini menjadi Mendikbud. Dalam waktu yang singkat, Pak Anies menceritakan bagaimana kiprah kakeknya yang berdarah Arab itu. AR Baswedan adalah orang yang senang berdiskusi dan merekam diskusinya itu. Beliau berdiskusi dengan berbagai kalangan, mulai dari Y.B. Mangunwijaya (seorang Pastor Katolik), WS Rendra (sastrawan) sampai Abdurrahman Wahid. Beliau juga sangat rajin menulis, baik artikel maupun surat. Apa yang beliau rasakan, itulah yang beliau tulis. Menurut cucunya, AR Baswedan adalah tipologi perintis kemerdekaan yang menghibahkan hidupnya untuk mendirikan negeri ini.

Selain dari cucunya, saya juga mendengar langsung kiprah AR Baswedan untuk membangun negeri ini dari dua cendikiawan yang perhatian terhadap beliau, yaitu dari Bapak Didi Kwartanada (Yayasan Nabil) dan Bapak Putut Wijanarko (Mizan). Pak Didi menyampaikan bahwa beliau adalah salah satu dari enam puluh anggota BPUPK sehingga beliau layak juga disebut sebagai bapak pendiri bangsa (founding father). Pak Didi juga menerangkan dua ‘keunikan’ beliau. ‘Keunikan’ yang pertama, beliau memilih berpolitik dan mengongkosi sendiri kegiatan berpolitiknya, meskipun saat itu beliau harus menghidupi istri dan sembilan anaknya. ‘Keunikan’ yang kedua adalah beliau memiliki bahasa Indonesia yang sangat baik, meskipun seorang keturunan Arab. Dari Pak Putut, saya juga mengetahui bahwa beliau berperan sangat penting dalam pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia. Jauh sebelum itu, beliau giat untuk mempersatukan keturunan Arab di Indonesia dengan mendirikan Persatuan Arab Indonesia pada tahun 1934.

Dari AR Baswedan, saya belajar tiga hal. Pertama, pentingnya kontribusi seseorang terhadap kemajuan negeri. Kedua, bagaimana menjadi pribadi yang menghargai keragaman. Ketiga, pentingnya menjadi pribadi yang bisa menjadi pemersatu. Setelah mengenal beliau, saya juga menjadi termotivasi untuk mengenal lebih dekat para pendiri bangsa yang lain, misalnya HOS Tjokroaminoto dan H. Agus Salim.

 

sumber gambar: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:AR-Baswedan.png

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline