Dalam kehidupan yang penuh ingar-bingar dewasa ini, musik adalah sebuah bahasa yang selalu mampu menyuarakan segala yang tak diungkap kata. Musik menghiasi ragam adegan perjalanan manusia, merekamnya dalam mesin waktu yang selalu terbuka untuk dikunjungi lewat album, piringan hitam, radio, kaset, perangkat digital, maupun pertunjukan langsung.
Sebagai perpanjangan tangan bermacam rupa perasaan, musik berhak dihidupkan dengan bermacam cara pula. Setiap pendengar dapat memilih kebebasan berekspresinya atas itu, tanpa perlu merasa terikat atas standar yang lazimnya berlaku.
Namun dalam pergerakannya sebagai budaya populer, musik kerap menimbulkan isu-isu tersendiri. Didukung dengan berkembangnya teknologi yang memungkinkan kemudahan persebaran informasi seputar musik, bukan tidak mungkin terjadi perdebatan di kalangan penikmatnya.
Satu di antara isu tersebut hadir dalam wujud polisi skena, sesepuh musik yang kerap bermunculan di dunia maya maupun nyata. Sesuai namanya, polisi skena ini akan menjadi pengawas yang bertugas memeriksa persiapan kita sebagai penggemar musik.
Ketika kita datang ke sebuah pertunjukan musik, di samping membawa suara, pakaian terbaik, dan semangat, kita mungkin harus bersiap akan kemungkinan pertanyaan dadakan tentang pengetahuan musik dari polisi skena.
Di tengah kerumunan penonton yang bersorak-sorai, kita mungkin harus memutar otak untuk mengingat judul album debut dari band yang kita kenakan kausnya. Atau ketika polisi skena menanyakan lagu kesukaan dari sebuah band dan kita hanya menyebutkan sejumlah lagu populernya, kita mungkin harus bersiap dicap sebagai "poser" atau orang yang sebatas ikut-ikutan tren tanpa mengerti seluk-beluk band tersebut.
Lantas bagaimana sebetulnya polisi skena lahir dan berevolusi sebagai sebuah terminologi yang mengusik dunia permusikan? Jawabannya dapat ditelusuri dari kemunculan istilah skena pada tahun 90-an. Skena mewakili kata scene yang berarti adegan, panggung, ataupun suasana dalam bahasa Inggris sehingga maknanya tidak terbatas pada musik saja.
Skena juga bisa dikategorikan untuk hal-hal lain seperti fashion, olahraga, dan sebagainya. Skena adalah konsep perkumpulan atau kolektif dari individu yang memiliki kesamaan pemikiran, cara, maupun selera dalam suatu hal. Namun seiring waktu, skena mengalami pergeseran makna di kalangan penikmat musik.
Hal tersebut tidak lepas dari berkembangnya minat kawula muda terhadap musik indie. Musik indie atau independen adalah musik yang diproduksi dan didistribusikan secara mandiri oleh artis atau label kecil tanpa bergantung pada label rekaman besar. Karya yang dihasilkan merupakan bentuk kreativitas dan ekspresi mereka sehingga cukup berbeda dengan selera pasar pada umumnya.
Dengan banyaknya musisi indie yang bermunculan, sejumlah penikmat musik berasumsi bahwa semakin "indie" selera musik seseorang, maka semakin keren atau semakin "skena" orang tersebut. Pemikiran itulah yang mendorong munculnya polisi skena.
Dalam kamus skena musik, polisi skena merupakan istilah bagi seseorang yang merasa paling mengerti tentang musik dan tidak jarang mengomentari pendengar-pendengar musik lain. Entah itu dari segi cara menikmati musik, pengetahuan musik, dan lainnya. Polisi skena tidak hanya bermunculan di konser musik, tetapi juga di media sosial.