Lihat ke Halaman Asli

(Ba)wa (Per)ubahan dengan Sumpah Pemuda

Diperbarui: 28 Oktober 2017   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

selamat hari sumpah pemuda getscoop.com

Tanggal 28 Oktober merupakan hari yang sangat sakral bagi bangsa Indonesia terutama para pemudanya. Hari ini dikenal dengan sebutan hari sumpah pemuda. Kebanyakan dari kita mungkin sudah tahu kenapa bisa disebut sebagai hari sumpah pemuda. Usut punya usut. Pada tanggal 28 oktober 1928 telah dilangsungkan sebuah konggres dimana seluruh pesertanya adalah seorang pemuda yang kala itu menghasilkan sebuah hasil yang kita kenal sebagai " sumpah pemuda". Nah kira-kira apakah kalian tahu untuk siapa sih sumpah ini ditujukan? Dan bagaimana sih cara memaknai hari super penting ini?

Dari namanya saja sudah jelas ya, pemuda diseret-seret dalam penamaan sumpah ini. Berarti untuk pemuda dong tulisan ini ditujukan. Hmmm. Tapi kan di Indonesia penduduk nya tidak hanya terdiri dari pemuda saja. Lalu kriteria pemuda itu seperti apa saja? Apakah dia yang sedang duduk manis di bangku sekolahan? Atau dia yang sedang berada pada kursi perkantoran? Yang mana nih yang benar?

Baik, pemuda dalam kriteria WHO (World Health Organization) adalah orang yang ketika masih dalam usia produktif yaitu rentang usia 15-65 tahun. Di Indonesia sendiri dalam UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan dituliskan bahwa pemuda mempuyai batas usia dari 16-30 tahun. Namun, perbedaan batas usia disini janganlah dianggap untuk menjadikan kita merasa terbatasi untuk selalu menanamkan makna sumpah pemuda kepada generasi-generasi yang ada dan yang akan datang. Terkhusus kepada masyarakat dan pelajar yang masih dalam usia produktif. Diharapkan agar selalu memberikan kontribusi untuk makna sumpah pemuda itu sendiri.

Salah satu makna dari sumpah pemuda yaitu dapat memberikan penekanan untuk mencintai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia dalam keseharian. Namun, seringkali kita dapati zaman sekarang bahasa Indonesia telah mengalami sedikit pergeseran tempat dalam keseharian bangsa ini . Memang benar, seiring berkembangnya zaman kita harus mengikutinya. 

Terutama dalam hal kebaikan itu adalah nomor satu. Tapi mengikuti perkembangan dengan melakukan perubahan bukan berarti juga dapat mengubah kuantitas kecintaan kita dalam Negara sendiri. Misalnya saja ita ambil contoh kecil dalam pendidikan usia dini di Negara ini, kebanyakan sekolah-sekolah bagi anak usia dini di Indonesia dekat ini lebih mengedepankan kepada penguasaan bahasa asing. Hal itu alangkah baiknya dapat diterapkan sebuah perubahan. 

Dan sebaiknya pendidik di Negara ini dapat memberikan unsur kebudayaan lokalnya. Agar anak dapat mengetahui bagaimana mencintai tanah yang telah melahirkannya. Yakni salah satunya dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam kesehariannya. Kemudian setelah anak dirasa mampu memahami akan pentingnya mengenal budaya lokal, anak akan dengan otomatis dapat mengubah pola pikirnya mengenai negaranya. 

Dia akan lebih dapat memahami bahwa mencintai Negara ternyata salah satunya dapat ia lakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam kesehariannya. Nah dari situlah pondasi pondasi kecil akan mulai bermunculan dari akar bangsa ini. Karena dengan begitu, makna sumpah pemuda lebih jauh akan lebih terasa jika semua generasi kecilnya sudah memulai dengan awal yang cukup baik. Dan hal itu mungkin dapa menjadi pertimbangan dalam memaknai sebuah perigatan hari penting di Indonesia. 

Tidak hanya menyelenggaraakan sebuah tontonan-tontonan meriah yang pasti akan jauh lebih menguras kekayaan Negara tapi minim menghasilkan efek yang nyata. Sekian, semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline