"Hei, Tari!!" Dita memanggil temannya yang sedang duduk melamun di depan rumahnya. Tari menoleh. Dita mendekatinya. "Kamu tidak latihan ke sanggar? Ayo, nanti telat."
"Gimana ya, Dit ... Aku kayaknya tidak jadi ikut aja, deh," ucap Lestari dengan wajah sendu.
"Hah?? Kamu tidak bercanda, kan? Kamu paling suka menari. Dan kamu terpilih untuk mengisi acara pagelaran seni. Kok tiba-tiba mau mundur?" Dita memandang Lestari heran.
"Iya ... gimana? Kayaknya tariannya sulit. Aku tak bisa mengikuti." Suara Lestari makin lirih.
"Ah, kamu ini main-main, deh. Kamu termasuk yang paling cepat menguasai gerakannya. Kamu kenapa, sih?" Dita merasa ada alasan lain yang membuat Lestari ogah-ogahan latihan lagi.
"Hmm ... ya sudah, kita pergi." Akhirnya Lestari mau juga berangkat.
Setelah pamitan kepada ibunya, Lestari berangkat dibonceng Dita menuju Sanggar Tari Anak Nusa. Sanggar ini persis bersebelahan dengan sekolah mereka. Dan guru tari mereka Bu Nani juga guru seni di sekolah mereka. Makanya, untuk pagelaran Hari Anak Nasional, yang merupakan acara sekolah sekota nanti, mereka Latihan di sanggar kalau di luar jam sekolah.
Sampai di sanggar, sudah banyak teman-teman lainnya datang. Hanya beberapa menit berikutnya Latihan dimulai. Anak-anak semangat sekali. Dita dan Lestari bersama yang lain mengikuti dengan baik arahan Bu Nina selama mereka berlatih.
"Ayo, kembali ke posisi masing-masing!" seru Bu Nina memberi aba-aba. "Kita akan mengulangi sekali lagi. Jangan lupa perhatikan serong kiri serong kanan, tangan di atas, pandangan mata mengikuti tangan!"
Anak-anak kembali berbaris di posisi mereka, siap mulai lagi. Instrumen musik tradisional campur modern terdengar mengalun. Dengan gemulai, lenggak-lenggok, anak-anak mengayun tangan, memutar badan selangkah, dua langkah, hingga tarian usai.
"Ya ... semua hebat!! Ayo, tepuk tangan untuk kita semua!!" Bu Nina puas dengan semangat anak-anak. Dan hasilnya membuatnya tersenyum senang.