Lihat ke Halaman Asli

Perubahan Perilaku Hidup Sehat di Masa Pandemi

Diperbarui: 18 November 2021   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Merebaknya COVID-19 menjadikan masyarakat menjadi sadar akan kerentanan manusia terhadap penyakit. Oleh karena itu, perilaku hidup sehat akan berubah menjadi lebih baik, dengan mengkonsumsi makanan sehat secara seimbang, berolah raga teratur dan jam tidur yang teratur, lebih rutin memeriksakan kondisi kesehatan, mencari asuransi kesehatan yang terpercaya, menjaga kebersihan, dan menggunakan alat atau mengkonsumsi suplemen untuk terhindar dari penyakit. Perilaku sehat tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental.

Merebaknya COVID-19 tidak hanya berdampak negatif, tetapi juga berdampak positif pada perubahan perilaku. Protokol kesehatan dan peraturan pemerintah merupakan pedoman pelaksanaan untuk mengatasi ancaman COVID-19 dalam jangka pendek. Saat ini, ada banyak tindakan jangka panjang berbentuk konstruktif yang akan meningkatkan hidup sehat manusia di masa depan.

Untuk mengatasi pandemi COVID-19, masyarakat tidak hanya mengandalkan vaksinasi, tetapi juga pada 3T yang dikendalikan pemerintah (tracing, testing, treatment) dan protokol kesehatan. Protokol kesehatan dimulai dari 3M (mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), lalu ditambah 2M (menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas) sehingga menjadi 5M.

Pada dasarnya, perilaku hidup bersih dan sehat merupakan protokol kesehatan. Di masa pandemi COVID-19, perilaku ini menjadi lebih diperketat. Misalnya, jika biasanya mencuci tangan hanya saat makan dan setelah menggunakan toilet, tetapi selama pandemi ini harus mencuci tangan secara teratur setelah menyentuh suatu benda. Selain itu, ketika keluar rumah, masyarakat menjadi terbiasa membawa perlengkapan pribadi, mulai dari masker kain dan masker medis, alat sholat, perlengkapan mandi, hingga alat makan dan minuman pribadi.

Situasi pandemi COVID-19 memaksa masyarakat yang sebelumnya tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk mengubah perilaku dan mengikuti protokol kesehatan. Yang paling penting adalah bekerja sama untuk mengakhiri pandemi. "Perubahan perilaku bisa karena koersif atau bersifat paksaan. Jadi di mana saja kita berada, perilaku ini harus disesuaikan dengan kondisi yang memutus mata rantai penularan mulai dari orang sehat, orang bergejala," terang epidemiolog Universitas Hasanuddin, Ridwan Amiruddin, dikutip Antara.

"Berapa lamanya (perilaku berubah) sangat tergantung dari kesadaran kita. Sekarang yang dibutuhkan sense of crisis seluruh warga karena tidak ada orang yang tak mengambil peran dalam pengendalian COVID-19. Lengah sedikit, kita yang terpapar," tambahnya.

Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) semestinya tidak hanya diterapkan saat pandemi COVID-19 masih melanda. Bahkan setelah pandemi berakhir, tindakan seperti itu perlu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline