Tidak ada yang pernah salah dengan cinta. Termasuk cinta beda agama. Cinta beda agama bukan cintanya yang salah tetapi kitanya sebagai pemilik cinta yang salah.
Ini kisahku dan dia yang saling mencintai namun berbeda agama.
Jika diibaratkan aku dan dia antara adzan yang berkumandang dan lonceng yang berdentang.Antar tangan yang menengadah dan tangan yang menggenggam.Antara setiap hari dan hari minggu.Antara masjid dan gereja.Antara tasbih dan salib. Antara Al-Qur'an dan Al kitab.Antara Al-Kafirun ayat 6 dan 2 Korintus 6:14.
Kita seamin, namun sayangnya kita tidak seiman. Terlalu banyak perbedaan antara kita. Masjid dan gereja bisa saja berdampingan,tapi sampai kapanpun wa'alaikumsalam bukan jawaban dari syalom. Kita tidak dapat menyalahkan siapapun karena disini yang salah adalah kita, salah menaruh harapan dan salah menaruh hati. Padahal dari awal kita sudah tau kita tidak mungkin untuk bersatu.
Cinta beda agama itu tulus,murni dan hangat. Tapi sayangnya tidak bisa bersama.
"Tolong tanyakan Tuhanmu, apakah aku yang bukan umatnya boleh mencintai hambanya?" Itu adalah sepenggal lirik lagu dari Mahen. Lirik itu sering kali aku tanyakan pada diriku sendiri maupun kamu. Tapi aku bingung, Tuhan yang mana yang harus kita tanyakan.
Tapi aku sadar tak selamanya cinta berjalan sesuai harapan kita, tak selamanya cinta berjalan dengan restu. Apakah aku harus meminta restu pada Tuhan mu atau kamu meminta restu pada Tuhan ku?
Jujur aku ingin sekali menyerah tetapi rasa ini semakin dalam kepadamu.Meski cinta ada, takdir agama yang memisahkan kita.Kita harus apa?
Kita memiliki keinginan untuk berjuang lebih lama namun kita harus sadar, sekeras apapun kita berjuang tetap kita tidak bersama karena perbedaan yang kita miliki. Semakin lama kita berjuang semakin dalam sakit yang kita rasakan.Cinta kita terhalang dinding yang tak terlihat namun kuat.
Kita harus apa? Aku tidak ingin mengambilmu dari Tuhan mu,aku juga tidak ingin pergi dari Tuhan ku. Apakah kisah kita hanya sampai disini? Apakah kita akan bisa bersatu dikemudian hari? Itulah pertanyaan yang sering tanyakan kepada diriku sendiri. Walaupun aku tau jawabannya. Kita tidak akan pernah bersatu. Kecuali takdir Tuhan yang menyatukan kita. Tapi sepertinya itu hal mustahil.
Aku tidak pernah menyalahkan cinta,agama dan kamu. Aku menikmati semua ini, aku bahagia dengan ini semua. Walaupun aku juga harus merasakan sakit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H